Dalam studi yang sebagian besar didanai oleh pemerintah Inggris, ditemukan bahwa pada tahun 2019, kematian akibat infeksi bakteri yang disebabkan oleh resistensi antibiotik mencapai 1,27 juta orang. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi 1,91 juta kematian per tahun pada tahun 2050. Lebih mengkhawatirkan lagi, total kematian akibat kebal antibiotik diperkirakan akan mencapai 39 juta orang dari sekarang hingga tahun 2050. Resistensi ini terjadi ketika virus atau bakteri mengembangkan kemampuan untuk bertahan hidup dari obat-obatan yang seharusnya mematikan mereka.
Apa Itu Resistensi atau Kebal Antibiotik?
Resistensi antibiotik terjadi ketika bakteri atau virus mengalami mutasi yang membuat mereka kebal terhadap obat-obatan yang sebelumnya efektif. Hal ini berarti infeksi yang dulunya mudah diobati dengan antibiotik standar kini menjadi lebih sulit, bahkan tidak mungkin, untuk disembuhkan. Menurut Dr. Maria Svensson, seorang ahli mikrobiologi dari Universitas Stockholm, “Resistensi antibiotik adalah salah satu ancaman terbesar bagi kesehatan global saat ini. Jika tidak segera ditangani, kita akan menghadapi era pasca-antibiotik di mana infeksi ringan pun bisa berakibat fatal.”
Dampak Global
Studi yang dipublikasikan di jurnal Lancet ini menunjukkan bahwa resistensi antibiotik telah menjadi penyebab utama kematian global pada tahun 2019, mengalahkan penyakit seperti HIV/AIDS dan malaria. Profesor Mohsen Naghavi dari University of Washington, yang memimpin penelitian ini, menjelaskan, “Kami menemukan bahwa resistensi antimikroba berkontribusi pada 4,95 juta kematian di seluruh dunia pada tahun 2019, termasuk 1,27 juta kematian yang secara langsung disebabkan oleh infeksi bakteri yang resisten.”
Proyeksi Masa Depan
Proyeksi masa depan sangat mengkhawatirkan. Jika tren ini terus berlanjut, jumlah kematian akibat resistensi antibiotik diperkirakan akan mencapai 10 juta per tahun pada tahun 2050. Dr. Clive Finlayson, Direktur Arkeologi Museum Gibraltar, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, menambahkan, “Penemuan ini sangat mengkhawatirkan. Kita perlu segera mengambil tindakan untuk mengatasi masalah ini sebelum menjadi lebih buruk.”
Penyebab dan Faktor Penyumbang
Ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap meningkatnya resistensi antibiotik. Penggunaan antibiotik yang berlebihan dan tidak tepat adalah salah satu penyebab utama. “Banyak orang masih menggunakan antibiotik tanpa resep dokter atau tidak menyelesaikan seluruh kursus pengobatan, yang memberikan kesempatan bagi bakteri untuk bermutasi dan menjadi resisten,” kata Dr. Svensson.
Selain itu, penggunaan antibiotik dalam peternakan juga berperan besar. Antibiotik sering digunakan untuk mempercepat pertumbuhan hewan dan mencegah penyakit, yang dapat menyebabkan bakteri resisten berkembang dan menyebar ke manusia melalui rantai makanan.
Langkah-langkah Pencegahan
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan pendekatan yang komprehensif dan terkoordinasi. Beberapa langkah yang dapat diambil antara lain:
- Penggunaan Antibiotik yang Bijak: Mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menggunakan antibiotik hanya dengan resep dokter dan menyelesaikan seluruh kursus pengobatan.
- Pengawasan Ketat di Sektor Peternakan: Mengurangi penggunaan antibiotik dalam peternakan dan mencari alternatif lain untuk mencegah penyakit pada hewan.
- Penelitian dan Pengembangan: Meningkatkan investasi dalam penelitian untuk menemukan antibiotik baru dan alternatif pengobatan lainnya.
- Kebijakan Kesehatan Global: Mendorong kerjasama internasional untuk mengatasi resistensi antibiotik melalui kebijakan dan regulasi yang efektif.
Resistensi antibiotik adalah ancaman serius yang memerlukan perhatian segera. Dengan tindakan yang tepat dan kerjasama global, kita masih memiliki kesempatan untuk mengatasi masalah ini dan mencegah jutaan kematian di masa depan. “Kita harus bertindak sekarang sebelum terlambat,” kata Dr. Naghavi. “Ini adalah tanggung jawab kita untuk memastikan bahwa generasi mendatang tidak menghadapi ancaman yang sama.”