Beijing, Techtimes Indonesia – Sejumlah merek ponsel pintar asal Tiongkok seperti Xiaomi, Oppo, Vivo, dan OnePlus dikabarkan tengah mempertimbangkan strategi besar: mengembangkan sistem operasi Android versi mereka sendiri tanpa layanan Google.
Langkah ini disiapkan sebagai bentuk antisipasi atas potensi pembatasan baru dari pemerintah Amerika Serikat, seperti yang sebelumnya dialami oleh Huawei.
Mengulang Sejarah Huawei?
Pada masa kepemimpinan pertama Donald Trump, Huawei menjadi target sanksi AS karena dituduh memiliki hubungan dengan aktivitas mata-mata Tiongkok.
Sanksi tersebut membuat Huawei tidak lagi dapat menggunakan layanan Google di perangkat Android mereka.
Akibatnya, Google Play Store dan aplikasi-aplikasi Google lainnya tidak tersedia di ponsel Huawei.
Menanggapi kondisi itu, Huawei lalu mengembangkan sistem operasi alternatif bernama HarmonyOS, yang awalnya masih berbasis Android Open Source Project (AOSP).
Namun pada Oktober 2024, Huawei secara resmi meluncurkan HarmonyOS NEXT yang benar-benar bebas dari fondasi Android.
HyperOS Jadi Pondasi Baru?
Melihat sejarah tersebut, merek lain seperti Xiaomi tidak ingin lengah. Meskipun secara teknis mereka mampu membuat sistem operasi mandiri, langkah semacam itu tetap membutuhkan waktu dan sumber daya besar.
Terlebih lagi, ketegangan geopolitik dan perang dagang antara AS dan Tiongkok kembali memanas sejak Donald Trump kembali menjabat sebagai presiden.
Xiaomi kini disebut menggandeng Oppo, Vivo, dan OnePlus untuk mulai menyiapkan rencana cadangan.
Rumor yang beredar menyebutkan bahwa HyperOS 3 akan menjadi platform utama dalam upaya melepas ketergantungan pada Android.
Meski begitu, belum ada informasi resmi mengenai bagaimana bentuk kolaborasi lintas brand ini dan apakah Huawei akan dilibatkan dalam proyek bersama tersebut.
Dominasi Global di Ambang Transformasi
Sebagai informasi, Xiaomi saat ini merupakan produsen smartphone terbesar di Tiongkok, disusul oleh Huawei, Oppo, dan Vivo.
Di tingkat global, nama-nama seperti Xiaomi, Oppo, dan Vivo juga masuk dalam lima besar brand smartphone terpopuler.
Artinya, jika transisi ke sistem tanpa layanan Google benar-benar terjadi, dampaknya tidak akan kecil.
Industri smartphone global bisa menghadapi pergeseran besar, apalagi mengingat besarnya pasar Tiongkok dan pengaruh para raksasa teknologi dari negara tersebut.
Untuk saat ini, Redmi Note 12 menjadi salah satu perangkat Xiaomi yang telah menerima pembaruan HyperOS di kuartal pertama 2024.
Ini bisa menjadi langkah awal dari perubahan ekosistem yang lebih luas, terutama jika pengembangan sistem independen ini terus berlanjut secara serius.
Silakan login untuk meninggalkan komentar:
Komentari lewat Facebook