Techtimes Indonesia – Mudik, tradisi musiman dan sensasional yang paling ditunggu oleh para pencari nafkah di tanah perantauan. Setelah satu tahun penuh bergumul dengan kerasnya perjuangan mencari ilmu dan sesuap nasi, akhirnya momen suci yang ditunggu pun datang menghampiri.
Mulai dari para pemuda hingga orang tua sekalipun tak luput ingin merasakan kemeriahan berkumpul kembali bersama keluarga.
Sebuah tradisi unik yang populer pada tahun 1970-an. Itulah mudik, singkatan dari ‘mulih dilik’ yang berarti pulang sebentar. Jika ada berita arus mudik, berarti siap-siap akan ada live report.”
Mulai dari ujung barat hingga ujung timur, masyarakat bergerak serempak mengerumuni terminal, stasiun, pelabuhan hingga bandara.
Tak peduli apa pun status sosialnya, entah itu mahasiswa, pekerja, hingga bos besar sekalipun, tetap ingat dari mana asalnya. Benar-benar tradisi yang amat indah dipandang mata.
Tentunya, peristiwa ini bak ladang emas yang siap ‘diburu’ para pewarta. Semua media cetak, media elektronik, hingga stasiun TV kompak serentak mengabarkan kondisi terkini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Stasiun TV khususnya, dengan sigap menyiarkan secara langsung (live report) program arus mudik demi meramaikan khazanah pertelevisian tanah air.
Namun, ada yang berbeda sekilas saat melihat live report arus mudik. Para reporter yang biasanya mengenakan baju dinas masing-masing terlihat agak ‘tampil beda’.
Pakaian dinas reporter yang biasa digunakan dominan satu warna seperti merah, biru, hitam, dan warna lainnya.
Pada momen tersebut, baju dinas mereka tiba-tiba menjadi berbeda dengan tambahan berbagai macam aksesori.
Rompi handless dengan logo-logo para sponsor ikut terpampang di dada. Ada juga pajangan X-banner yang mejeng di belakang para reporter.
Tak jarang pula iklan dalam bentuk motion dan animation graphic ikut in-frame di sebelah layar kamera.
Kenapa hal tak lazim ini bisa terjadi? Padahal hari-hari biasa siaran live report tidak seperti ini dan cenderung menyerahkan berita arus lalu lintas kepada mbak-mbak cantik dari NTMC Polri.
Ya memang, momennya dan suasananya juga beda, sih.
Nah, ada 4 faktor penyebab kenapa program arus mudik selalu disiarkan secara live report. Bisa dibilang tak ada satu pun media yang tidak menyiarkannya, bahkan sampai menggunakan pesawat helikopter dalam peliputannya.
Simak terus selengkapnya di bawah ini!
1. Headline Aktual Tahunan yang Selalu ‘Wah’
Ya, mudik memang pantas menjadi headline aktual yang wah, karena mengingat jutaan orang berbondong-bondong pulang ke kampung halaman pada momen Idulfitri.
Berdasarkan data dari Kemenhub tahun 2025, ada sekitar 146,5 juta pemudik yang telah menghiasi lalu lintas baik darat, laut, maupun udara.
Jumlah ini pada dasarnya menurun bila dibandingkan dengan tahun 2024 lalu sebesar 193,6 juta pemudik, atau menurun hingga 24%.
Ada berbagai faktor penyebab turunnya angka ini, di antaranya tingginya jumlah angkatan kerja yang mengalami PHK, pertumbuhan ekonomi nasional yang lesu, perang Rusia-Ukraina yang mempengaruhi ekonomi negara-negara, dan berbagai faktor lainnya.
2. Mendatangkan Cuan, Cuan, dan Cuan
Pajangan X-banner, logo, iklan motion, dan animation graphic para sponsor yang muncul pastinya bukan tanpa alasan.
Hal ini merupakan salah satu teknik marketing TV dalam memaksimalkan pendapatan, apalagi ada THR yang wajib hukumnya dibayarkan kepada seluruh karyawan menjelang hari nan fitri.
Semakin banyak logo sponsor yang terpampang, semakin gendut pula cuan yang didapat stasiun TV tersebut.
Iklan yang paling sering terlihat di live report mudik biasanya obat herbal anti masuk angin, minuman anti mabuk perjalanan, minyak kayu putih, dan berbagai brand lainnya.
Selain itu, bukan hanya stasiun TV yang untung, negara juga mendapatkan pemasukan jumbo dari jutaan ongkos tiket yang dikeluarkan oleh para pemudik.
Sudah selayaknya negara ini berterima kasih kepada para pemudik yang sudah menggerakkan roda ekonomi nasional.
3. Sarana Menilai Pembangunan Infrastruktur
Pemerintahan Pak Jokowi lalu, jilid I, fokus dalam membangun infrastruktur di segala bidang. Nah, bisa dilihat bagaimana hasil kerja, kerja, dan kerja kabinet beliau.
Tentunya dengan live report berita arus mudik, sedikit banyak masyarakat bisa mengukur dan menilai pembangunan infrastruktur yang telah direalisasikan.
Ditambah dengan video klip kondisi arus mudik yang ditayangkan di sela-sela live report berlangsung.
Bagaimana kuantitas dan kualitas rest area, apa kendala yang sedang dihadapi, dan bagaimana langkah antisipasi di lapangan.
Apakah masih ada infrastruktur jalan yang kurang laik tapi tetap dipaksakan beroperasi? Inilah salah satu fungsi kontrol media terhadap kebijakan pemerintah.
4. Gak Ada Bad News yang Lebih Bombastis
Ada sebuah ungkapan dalam dunia jurnalis yang harus diingat, “bad news is good news“, yang artinya berita buruk itulah berita yang bagus.
Jika seandainya berita kasus yang menyeret mantan Gubernur Jawa Barat RK meledak di bulan Ramadan, mungkin tayangan arus mudik akan sedikit terdistraksi.
Kasus dugaan korupsi Bank BJB plus perselingkuhan yang terjadi pasti akan sangat mempengaruhi headline media.
Karena apa? Karena paling menyedot atensi publik, penuh teka-teki alias misterius, dan tentu berbagai intrik lainnya.
Namun, seandainya ada kasus besar pun yang terjadi menjelang Idulfitri, apakah akan mengalahkan berita arus mudik?
Hmm… sepertinya penulis kurang yakin ada yang mampu menggeser berita arus mudik dari puncak klasemen. Kalau hanya sekadar menyenggol, mungkin iya.
Mudik bukan hanya sekadar menjadi tradisi, lebih daripada itu, mudik sudah menjadi kearifan nasional dan khazanah budaya khas negeri ini.
Itulah 4 alasan kenapa berita arus mudik berbondong-bondong disiarkan lewat live report.
Silakan login untuk meninggalkan komentar:
Komentari lewat Facebook