Techtimes Indonesia
Notifikasi
Kirim Tulisan
  • Indeks
  • Teknologi
  • Bisnis
  • Keuangan
  • Sains
  • Gaya Hidup
  • Kultur
  • InsightNew
SaveBox
  • List Bacaan Saya
  • Penulis yang Diikuti
  • Kategori Favorit
  • 🤩 Trending Topik:
  • PLN
  • Personal Finance
  • Keuangan
  • PLN UID Banten
  • Phones/Tablets/Mobile
  • Apple
  • AI
  • Investasi
Techtimes IndonesiaTechtimes Indonesia
Font ResizerAa
  • Indeks
  • Teknologi
  • Bisnis
  • Keuangan
  • Sains
  • Gaya Hidup
  • Kultur
  • InsightNew
Cari
  • Ruang Baca
    • Teknologi
    • Gaya Hidup
    • Bisnis
    • Kultur
    • Keuangan
    • Insight
    • Sains
    • Indeks Berita
  • Tentang Kami
    • Tim Editorial
    • Iklan & Partnership
    • Syarat dan Ketentuan
    • Hubungi Kami
    • Kebijakan Privasi
    • Disclaimer
  • SaveBox
    • Bacaan Disimpan
    • Author Favorit

Terkini

WhatsApp di iPad

Cara Download WhatsApp di iPad Resmi & Aman – Panduan Lengkap!

31 Mei 2025
Transfer eSIM ke Android

Inovasi Apple 2025, iOS 19 Hadirkan Fitur Transfer eSIM ke Android Tanpa Ribet

31 Mei 2025
borobudur

Macron Sentuh Stupa Borobudur, Ini Makna Mitos Kunto Bimo

31 Mei 2025
Penyalaan Listrik Serentak PLN UID Banten

PLN Lakukan Penyalaan Listrik Serentak untuk 1.000 Pelanggan di Banten

31 Mei 2025

Call for Writers 🧑🏻‍💻

Tulis gagasanmu dan menginspirasilah bersama Techtimes Indonesia! 💡

Kirim Tulisan
Punya akun di Techtimes Indonesia? Sign In
Stay Connected
  • About Us
  • Advertising & Partnership
  • Terms & Conditions
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Guest Post
  • Contact
© 2025 Techtimes Indonesia. All rights reserved.
Keuangan

Cara Asyik Cepat Kaya dengan 6 Aturan Sakti Buyerarchy of Needs

Setiawan Chogah
Publikasi: Rabu, 20 November 2024
Oleh:
Setiawan Chogah - Editor in Chief
Share
4 Menit
Buyerarchy of Needs
Buyerarchy of Needs mengajarkan kita bahwa kebutuhan hidup tidak selalu harus dipenuhi dengan membeli barang baru.
Navigasi Konten
Apa Itu Buyerarchy of Needs?6 Langkah dalam Buyerarchy of Needs1. Gunakan yang Sudah Ada (Use What You Have)2. Pinjam (Borrow)5. Buat Sendiri (Make)6. Beli Baru (Buy New)Mengapa Buyerarchy of Needs Penting?Tips Menerapkan Buyerarchy of Needs

Dalam dunia konsumsi, mungkin kamu sering mendengar tentang piramida kebutuhan Maslow yang membahas motivasi manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, ada konsep menarik lain yang tak kalah relevan di era modern: Buyerarchy of Needs.

Teori ini diperkenalkan oleh Sarah Lazarovic, seorang seniman dan jurnalis, untuk membantu kita memahami bagaimana membuat keputusan konsumsi yang lebih bijak, ramah lingkungan, hemat biaya, dan tentu saja akan mempercepat proses kita menjadi lebih kaya apabila dilakukan secara konsisten.

Apa Itu Buyerarchy of Needs?

Buyerarchy of Needs adalah konsep yang mengatur prioritas kita dalam memenuhi kebutuhan tanpa langsung membeli barang baru. Ide ini muncul sebagai respons terhadap budaya konsumsi yang sering kali mendorong kita untuk membeli lebih banyak daripada yang benar-benar diperlukan.

Bayangkan sebuah piramida terbalik dengan tujuh tingkat, dari yang paling ramah lingkungan hingga yang paling konsumtif. Tujuannya sederhana: kita diminta untuk mempertimbangkan pilihan lain sebelum memutuskan membeli barang baru.

6 Langkah dalam Buyerarchy of Needs

Berikut ini adalah tujuh langkah dalam Buyerarchy of Needs, lengkap dengan contoh nyata yang bisa kamu terapkan sehari-hari:

Piramida Buyerarchy of Needs
Dicetuskan oleh Sarah Lazarovic , Buyerarchy of Needs adalah cara yang menyenangkan untuk menggambarkan konsumsi berkelanjutan.

1. Gunakan yang Sudah Ada (Use What You Have)

Langkah pertama ini mengajarkan kita untuk memaksimalkan barang yang sudah dimiliki sebelum mencari alternatif lain. Sering kali, barang yang kita perlukan sebenarnya sudah ada di rumah, hanya saja kita lupa atau tidak terorganisir.

Misalnya, jika kamu butuh wadah penyimpanan, cek dulu lemari dapur. Bisa jadi ada kotak bekas kue yang masih bisa digunakan.

Menggunakan barang yang sudah ada juga membantu kita menghargai apa yang dimiliki. Kebiasaan ini mendorong kita untuk lebih kreatif dalam memanfaatkan barang.

Baca Juga:  Ngatur Waktu, Uang, dan Tim: Seni Bertahan (dan Tumbuh) Buat Pengusaha Muda & UMKM

Sebagai contoh, pakaian lama yang terlihat usang bisa dihidupkan kembali dengan sedikit reparasi atau dipadukan dengan aksesori lain.

Jangan Lewatkan

habit surplus untuk jadi orang kaya
Sebelum Jadi Orang Kaya, Bangun Dulu Habit Surplus-mu!
habit surplus di era QRIS dan e-wallet
Sehat Finansial: Membangun Habit Surplus di Era QRIS dan E-Wallet
Pengusaha muda mencatat keuangan UMKM menggunakan laptop dan buku catatan
Ngatur Waktu, Uang, dan Tim: Seni Bertahan (dan Tumbuh) Buat Pengusaha Muda & UMKM

Selain itu, kebiasaan ini berkontribusi pada pengurangan limbah rumah tangga. Ketika kita menggunakan barang yang ada hingga benar-benar habis masa pakainya, kita turut membantu mengurangi permintaan produksi barang baru yang berdampak besar pada lingkungan.

2. Pinjam (Borrow)

Jika barang yang dibutuhkan tidak ada di rumah, langkah berikutnya adalah meminjam. Ini sangat relevan untuk kebutuhan sesaat, seperti alat memasak tertentu, peralatan berkebun, atau bahkan pakaian untuk acara formal.

Pinjam dari keluarga, teman, atau tetangga yang kamu kenal baik.

Meminjam bukan hanya soal hemat uang, tapi juga mempererat hubungan sosial. Misalnya, ketika kamu meminjam tangga dari tetangga, ini bisa menjadi kesempatan untuk berbincang dan mempererat silaturahmi.

Dalam beberapa komunitas, bahkan ada grup berbasis aplikasi atau media sosial yang memungkinkan orang saling meminjam barang tanpa biaya.

Namun, penting untuk menjaga barang yang dipinjam dengan baik. Kembalikan dalam kondisi bersih dan sesuai waktu yang disepakati, agar kepercayaan tetap terjaga. Dengan cara ini, budaya berbagi bisa terus berkembang.

- Advertisement -
Ad imageAd image

3. Tukeran (Swap)

Jika meminjam tidak memungkinkan, pertimbangkan untuk menukar barang. Konsep ini sering dikenal dengan barter, yaitu menukar barang yang kita punya dengan barang yang dimiliki orang lain. Ini sangat cocok untuk barang-barang seperti pakaian, buku, atau peralatan rumah tangga.

Misalnya, kamu memiliki set buku yang sudah selesai dibaca. Daripada membiarkannya berdebu di rak, kamu bisa menukarnya dengan buku milik teman yang belum pernah kamu baca.

Baca Juga:  Waspada Modus Tagihan Palsu, Ini Cara Lindungi Diri dari Jebakan Online

Selain hemat, cara ini memberikan manfaat ganda: mengurangi barang yang tidak digunakan dan mendapatkan sesuatu yang baru tanpa mengeluarkan uang.

Komunitas tukar barang kini semakin populer, baik secara offline maupun online. Kamu bisa bergabung dalam acara seperti clothing swap party atau menggunakan aplikasi tukar barang untuk memperluas jaringan dan pilihan.

4. Beli Bekas (Thrift)

Jika semua langkah di atas tidak memadai, pertimbangkan membeli barang bekas. Barang bekas sering kali masih memiliki kualitas baik dengan harga yang jauh lebih murah. Misalnya, perabot rumah tangga, pakaian, atau elektronik bisa didapatkan di toko barang bekas, pasar loak, atau platform daring.

Membeli barang bekas tidak hanya hemat, tetapi juga mendukung konsep keberlanjutan. Ketika kita membeli barang bekas, kita membantu memperpanjang masa pakainya dan mengurangi limbah yang berakhir di tempat pembuangan.

Selain itu, banyak barang bekas memiliki karakter unik yang tidak bisa ditemukan di barang baru.

Namun, pastikan untuk memeriksa kondisi barang sebelum membeli. Lakukan riset harga dan negosiasi untuk mendapatkan penawaran terbaik. Dengan cara ini, kamu bisa mendapatkan barang berkualitas tanpa merasa rugi.

5. Buat Sendiri (Make)

Jika kebutuhan belum terpenuhi, langkah berikutnya adalah membuat barang sendiri dengan bahan yang ada. Ini adalah langkah yang menantang tetapi juga menyenangkan karena melibatkan kreativitas. Misalnya, alih-alih membeli pot tanaman baru, kamu bisa menggunakan kaleng bekas yang dihias dengan cat atau pita.

Daur ulang tidak hanya menghemat uang tetapi juga mengurangi limbah. Barang-barang yang sering dianggap “sampah” bisa memiliki fungsi baru jika diolah dengan baik. Contohnya, kardus bekas bisa diubah menjadi tempat penyimpanan kecil, atau botol plastik bekas bisa dijadikan tempat minum hewan peliharaan.

Proses membuat barang sendiri juga memberikan rasa puas dan kepemilikan yang lebih besar. Kamu tidak hanya mendapatkan barang yang dibutuhkan tetapi juga meningkatkan keterampilan tangan dan kreativitas.

Baca Juga:  Benarkah Fundamental Ekonomi Indonesia Kuat? Ini Kata Kemenkeu
Buyerarchy of Needs
Sebelum membeli baru, kamu bisa pikirkan memanfaatkan barang bekas yang bisa didaur ulang dengan sentuhan kreativitas.

6. Beli Baru (Buy New)

Membeli barang baru adalah langkah terakhir dalam Buyerarchy of Needs. Pilihan ini hanya dilakukan jika semua langkah sebelumnya tidak memungkinkan. Namun, pastikan barang yang dibeli benar-benar dibutuhkan dan berkualitas agar tidak cepat rusak.

Pilih produk yang ramah lingkungan atau memiliki sertifikasi keberlanjutan. Misalnya, pilih pakaian dari bahan organik atau elektronik dengan rating hemat energi. Pertimbangkan juga membeli barang dengan desain yang tahan lama untuk mengurangi frekuensi pembelian di masa depan.

- Advertisement -
Ad imageAd image

Selain itu, sebelum membeli, lakukan riset terlebih dahulu. Bandingkan harga dan ulasan produk untuk memastikan bahwa kamu mendapatkan barang yang sesuai kebutuhan dan ekspektasi. Dengan pendekatan ini, kamu tetap bisa membeli dengan bijak meskipun barang tersebut baru.

Mengapa Buyerarchy of Needs Penting?

Teori ini bukan hanya soal menghemat uang, tetapi juga soal menciptakan gaya hidup yang lebih sadar lingkungan. Dengan mengurangi konsumsi barang baru, kita bisa mengurangi jejak karbon, mengurangi limbah, dan mendukung keberlanjutan bumi.

Di sisi lain, pendekatan ini juga membantu kita menghargai apa yang kita miliki dan mengasah kreativitas untuk memanfaatkan barang dengan lebih maksimal.

Tips Menerapkan Buyerarchy of Needs

1. Evaluasi kebutuhan: Sebelum membeli, tanyakan pada diri sendiri, “Apakah ini benar-benar diperlukan?”
2. Gunakan daftar prioritas: Jika butuh sesuatu, urutkan langkah-langkah di atas sebelum memutuskan membeli baru.
3. Berjejaring: Bangun komunitas yang mendukung konsep berbagi, meminjam, atau menukar barang.

Buyerarchy of Needs mengajarkan kita bahwa kebutuhan hidup tidak selalu harus dipenuhi dengan membeli barang baru. Ada banyak cara kreatif dan bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan tanpa merugikan lingkungan atau kantong kita.

Yuk, mulai praktikkan teori ini dalam kehidupan sehari-hari dan jadi bagian dari perubahan yang lebih baik! 🌱

 

TAGGED:Buyerarchy of NeedsPersonal FinanceTips Keuangan
Share tulisan ini, yuk!
Facebook Whatsapp Whatsapp LinkedIn Threads Copy link
Tentang:Setiawan Chogah
Editor in Chief
Follow:

Saya menulis tentang pengembangan diri dan keuangan dengan sentuhan reflektif. Lewat cerita dan insight, saya ingin mengajakmu menemukan makna di balik angka dan rutinitas.

Tulisan Sebelumnya 👈 Petani Muda Sharp Ajak Petani Muda Ciptakan Revolusi Pertanian
👉 Tulisan Selanjutnya Electricity Connect 2024 Electricity Connect 2024: Tonggak Baru Energi Bersih Asia Tenggara
Apa Komentarmu? Apa Komentarmu?

Silakan login untuk meninggalkan komentar:

Login dengan Google Login dengan X

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Kamu juga bisa login atau bikin akun di sini.

Komentari lewat Facebook

- Advertisement -
Ad imageAd image

Terkini

WhatsApp di iPad
Teknologi

Cara Download WhatsApp di iPad Resmi & Aman – Panduan Lengkap!

31 Mei 2025
Transfer eSIM ke Android
Teknologi

Inovasi Apple 2025, iOS 19 Hadirkan Fitur Transfer eSIM ke Android Tanpa Ribet

31 Mei 2025
borobudur
Kultur

Macron Sentuh Stupa Borobudur, Ini Makna Mitos Kunto Bimo

31 Mei 2025
Penyalaan Listrik Serentak PLN UID Banten
Bisnis

PLN Lakukan Penyalaan Listrik Serentak untuk 1.000 Pelanggan di Banten

31 Mei 2025
Pasokan Listrik Andal
Bisnis

PLN Pastikan Pasokan Listrik Andal di Pelantikan Bupati Serang 2025–2030

31 Mei 2025

Ruang Baca

- Advertisement -
Ad imageAd image

Bacaan Pilihan untuk Kamu

Program Listrik Desa

Program Listrik Desa: PLN Targetkan 780 Ribu Rumah Terlistriki di 2025–2029

Aira Safeeya
Bisnis
31 Mei 2025
Panorama hamparan panel surya ini adalah wujud nyata komitmen PLN dalam RUPTL 2025-2034. Dengan target 76% Energi Baru Terbarukan (EBT), PLN serius mengakselerasi transisi energi hijau di Indonesia.

PLN RUPTL 2025-2034: Terhijau Sepanjang Sejarah dengan 76% EBT, Siap Cetak NZE!

Aira Safeeya
Bisnis
29 Mei 2025
PHK massal

PHK Massal di 2025: Tanda Bahaya dan 5 Skill Wajib Biar Karier Nggak Tamat

Ruddi Nefid
Bisnis Gaya Hidup Insight
28 Mei 2025
RUPTL PLN 2025-2034

PLN RUPTL 2025-2034: Gebrak Investasi Triliunan dan Lahirkan 1,7 Juta Green Jobs

Aira Safeeya
Bisnis
28 Mei 2025
Srikandi Goes to Campus

Srikandi Goes to Campus: Mahasiswa Cerdas Siap Berdaya di Sektor Energi!

Aira Safeeya
Bisnis
28 Mei 2025
Vikram-Indosat-Techtimes Indonesia

Vikram Sinha, Arsitek di Balik Transformasi Indosat Menuju Raksasa AI TechCo

Setiawan Chogah
Insight
28 Mei 2025
dividen indosat

Dividen Indosat Tembus Rp2,7 Triliun, Transformasi AI Dimulai

Aira Safeeya
Bisnis Teknologi
28 Mei 2025
Veo 3 Google Video AI

Canggih Maksimal! Google Veo 3 Siap Ubah Cara Kita Membuat Video

Liora N. Shasmitha
Teknologi
27 Mei 2025
Muat Lagi
Techtimes Indonesia
Facebook X-twitter Instagram Threads Whatsapp

Techtimes Indonesia hadir sebagai media alternatif yang fokus mengabarkan inovasi dan perkembangan terkini di bidang teknologi, bisnis, keuangan, serta tantangan yang kita hadapi setiap hari. Kami menganalisis bagaimana bisnis dan teknologi saling bersinggungan, mempengaruhi, dan memberikan dampak pada berbagai lini kehidupan untuk mewujudkan transformasi budaya di dunia yang semakin saling terhubung ini.

Ad image
  • Tentang Kami
  • Iklan & Partnership
  • Syarat dan Ketentuan
  • Kebijakan Privasi
  • Disclaimer
  • Jadi PenulisNew
  • Kontak
  • Teknologi
  • Bisnis
  • Keuangan
  • Sains
  • Gaya Hidup
  • Kultur
  • Insight
  • About Us
  • Advertising & Partnership
  • Terms & Conditions
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Guest Post
  • Contact

© 2025 Techtimes Indonesia. All rights reserved.