Techtimes Indonesia – Beberapa orang memang terlahir lebih bahagia dibandingkan yang lain. Namun, apakah kamu adalah orang yang suka bernyanyi di kamar mandi atau atau justru lebih cenderung murung memikirkan tentang mengapa kesenangan tak kunjung datang?
Pertanyaan selanjutnya adalah, apakah kebahagiaan bisa dicapai meski kita sedang tidak merasa bahagia? Secara ilmiah, jawabannya adalah: ya.
Meskipun ada orang yang lebih cenderung bahagia, kebahagiaan sejatinya bukanlah sesuatu yang datang begitu saja. Ada kebiasaan-kebiasaan tertentu yang bisa kita ubah untuk merasakan kebahagiaan lebih banyak dalam hidup, bahkan di tahun 2025.
Mempererat Persahabatan untuk Kebahagiaan yang Lebih Bermakna
Persahabatan adalah salah satu kunci kebahagiaan, terutama seiring bertambahnya usia. Saat kita menua, hubungan sosial sering kali menyempit.
Namun, penelitian menunjukkan bahwa menjalin persahabatan baru dapat memberikan kebahagiaan lebih besar. Hubungan yang bersifat sukarela ini cenderung lebih menyenangkan dan bebas dari kewajiban seperti hubungan keluarga.

Kelebihan lain dari pertemanan adalah manfaat kognitif dan fisik. Menjaga hubungan yang berkualitas seiring bertambahnya usia dapat membantu kita merasa lebih sehat dan bahagia.
Bahkan, hubungan persahabatan di usia dewasa dapat memberikan dampak positif yang sama pentingnya dengan hubungan keluarga dalam hal kesejahteraan.
Persahabatan sama pentingnya dengan ikatan keluarga dalam memprediksi kesejahteraan seseorang di masa depan.
Berbagi Kebahagiaan: Lebih dari Sekadar Empati
Tidak hanya berbagi rasa sakit, tetapi juga berbagi kebahagiaan, yang dalam bahasa Latin disebut confelicity, memiliki dampak besar dalam mempererat hubungan.
Ketika teman atau orang terdekat meraih kesuksesan atau kabar baik, berbagi kebahagiaan dengan mereka bisa meningkatkan perasaan positif kita.

Sebagai teman yang baik, antusiasme kita terhadap kesuksesan teman adalah bentuk dukungan nyata. Penelitian menunjukkan bahwa meremehkan atau bersikap pasif terhadap kabar baik teman bisa merusak hubungan yang ada.
Menjadi Sukarelawan: Meningkatkan Kesejahteraan Diri
Bergabung dalam kegiatan sukarela memang terdengar klise, tetapi sains mendukungnya. Melakukan sesuatu untuk orang lain memberikan perasaan yang lebih baik daripada sekadar memberi hadiah untuk diri sendiri.
Bahkan, menjadi sukarelawan dapat meredakan kondisi serius seperti depresi dan nyeri kronis.
Studi menunjukkan bahwa sukarelawan yang membantu penderita nyeri kronis lainnya mengalami penurunan tingkat intensitas nyeri mereka.

Di sisi lain, merawat hewan atau tanaman hias juga dapat memberikan manfaat besar, khususnya bagi orang dewasa yang lebih tua.
Bahkan, beberapa dokter kini meresepkan kegiatan sosial seperti sukarelawan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kesehatan mental.
Koneksi dengan Leluhur: Pandangan Baru tentang Kehidupan
Ternyata, mengenal leluhur dan sejarah keluarga bisa meningkatkan kebahagiaan kita.
Penelitian menunjukkan bahwa mengetahui lebih banyak tentang latar belakang keluarga dapat meningkatkan tingkat kepuasan hidup dan kesejahteraan emosional.

Proses menelusuri silsilah keluarga membantu kita merasa memiliki kontrol lebih atas hidup dan memberikan perspektif yang lebih dalam tentang posisi kita saat ini.
Dengan memahami perjuangan para leluhur, kita bisa merasa lebih bersyukur atas apa yang kita miliki sekarang.
Menulis Daftar Berkah: Latihan Sederhana untuk Meningkatkan Mood
Mencatat berkah yang kita terima setiap hari mungkin terdengar sederhana, tetapi ini adalah salah satu cara yang terbukti efektif untuk meningkatkan suasana hati.
Menulis tiga hal baik yang terjadi pada hari kita, baik itu peristiwa besar atau hal kecil yang tampaknya sepele, dapat membawa dampak positif bagi kesejahteraan kita.

Penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan ini dapat membantu kita memusatkan perhatian pada hal-hal positif dalam hidup, mengurangi stres, dan meningkatkan perasaan syukur.
Menanti Aktivitas Menyenangkan: Kunci Optimisme
Tidak ada yang lebih menggembirakan daripada berkendara sambil menikmati pemandangan dan musik favorit.
Para ilmuwan di University of Richmond, Virginia, bahkan mengajari tikus untuk mengendarai mobil kecil, dan tikus tersebut menunjukkan tanda-tanda kegembiraan saat menantikan perjalanan mereka.
Penelitian ini membuka kemungkinan bahwa antisipasi akan sesuatu yang menyenangkan bisa memberi manfaat yang serupa dengan kegiatan itu sendiri.
Pada eksperimen lain, tikus yang dilatih untuk menunggu hadiah menunjukkan optimisme yang lebih tinggi.
Ini bisa jadi petunjuk bahwa dengan secara rutin menantikan aktivitas atau peristiwa yang menyenangkan, kita dapat melatih otak kita untuk lebih optimis.
Tidak Terlalu Khawatir tentang Kebahagiaan
Ini mungkin terdengar mengejutkan, tetapi penelitian menunjukkan bahwa terlalu banyak khawatir tentang kebahagiaan bisa menghalangi kita merasakannya. Terkadang, harapan yang tinggi justru berujung pada kekecewaan.
Misalnya, riset menunjukkan bahwa orang yang terlalu fokus pada pencarian kebahagiaan bisa merasa lebih kecewa setelah mengalaminya.

Iris Mauss, seorang psikolog dari University of California, Berkeley, menjelaskan bahwa keinginan yang berlebihan untuk bahagia bisa meningkatkan rasa kesepian dan keterputusan.
Beliau menyarankan untuk lebih menerima dan menikmati pasang surut kehidupan, daripada terobsesi dengan pencapaian kebahagiaan.
Jangan Terlalu Banyak Mengonsumsi Kafein
Kafein memang bisa memberi dorongan energi, terutama saat cuaca dingin. Ia cepat diserap tubuh dan membantu kita tetap terjaga dengan mengatasi rasa lelah.
Meski ada banyak manfaat kesehatan dari konsumsi kafein, seperti menurunkan risiko penyakit jantung, kanker, dan diabetes tipe 2, pengaturan waktu adalah kunci.
Para ilmuwan menyarankan agar kamu menghindari mengonsumsi kafein lebih dari 400 mg per hari, atau sekitar dua hingga tiga cangkir kopi, dan pastikan untuk tidak meminumnya lebih dari 8 jam sebelum tidur untuk menghindari gangguan tidur dan kecemasan.
Dari semua cara ini, satu hal yang bisa kita simpulkan: kebahagiaan bukanlah sesuatu yang datang begitu saja, tetapi bisa kita upayakan dengan perubahan kebiasaan.
Di tahun 2025, cobalah untuk lebih memperhatikan hubungan sosial, berbagi kebahagiaan, berbuat baik, dan menghargai momen kecil dalam hidup.
Dengan kebiasaan yang tepat, kita bisa merasakan lebih banyak kebahagiaan dan kesejahteraan dalam kehidupan sehari-hari.