Techtimes Indonesia
Notifikasi
Kirim Tulisan
Traktir Writers
  • Indeks
  • Teknologi
  • Bisnis
  • Keuangan
  • Sains
  • Gaya Hidup
  • Kultur
  • InsightNew
  • 🤩 Trending Topik:
  • Personal Finance
  • Investasi
  • Self Improvement
  • Review
  • Phones/Tablets/Mobile
  • Books/Movies
  • Gadgets
  • Komputer
  • Internet
Techtimes IndonesiaTechtimes Indonesia
Font ResizerAa
  • Indeks
  • Teknologi
  • Bisnis
  • Keuangan
  • Sains
  • Gaya Hidup
  • Kultur
  • InsightNew
Cari
  • Ruang Baca
    • Teknologi
    • Gaya Hidup
    • Bisnis
    • Kultur
    • Keuangan
    • Insight
    • Sains
    • Indeks Berita
  • Tentang Kami
    • Tim Editorial
    • Iklan & Partnership
    • Syarat dan Ketentuan
    • Hubungi Kami
    • Kebijakan Privasi
    • Kirim Tulisan

Traktir Writers ☕️

Support penulis Techtimes Indonesia, yuk! Dengan traktiran kecil darimu, penulis kami bisa terus semangat bikin konten yang berkualitas dan bermanfaat.

Traktir Sekarang

Terkini

gencatan senjata tarif AS-China

Gencatan Senjata Tarif AS-China: Kabar Baik bagi Ekonomi Global dan ASEAN

HarmonyOS

Huawei Rilis Laptop Pertama HarmonyOS, Tantang Windows dan MacOS

Ilustrasi Liquidity Provider di pasar saham Indonesia

Apa Itu Liquidity Provider? Ini Penjelasan dan Daftar Emiten di BEI

Menjadi Super Spesialis atau Multitasking sebagai pilihan arah karier

Menjadi Super Spesialis atau Multitasking, Mana yang Lebih Baik?

undangan menulis di techtimes indonesiaundangan menulis di techtimes indonesia

Call for Writers 🧑🏻‍💻

Tulis gagasanmu dan menginspirasilah bersama Techtimes Indonesia! 💡

Kirim Tulisan
Punya akun di Techtimes Indonesia? Sign In
Stay Connected
  • About Us
  • Advertising & Partnership
  • Privacy Policy
  • Terms & Conditions
  • Guest Post
  • Contact
© 2025 Techtimes Indonesia. All rights reserved.
Keuangan

Doom Spending Bikin Gen Z dan Milenial Miskin? Ini Cara Keluar dari Jeratnya

Doom spending bikin Gen Z dan milenial terancam miskin karena belanja impulsif. Pelajari cara atur keuangan yang sehat dan hidup kaya versi kamu.

Setiawan Chogah
Publikasi: Senin, 5 Mei 2025
Oleh:
Setiawan Chogah
Tentang:Setiawan Chogah
Editor in Chief
Saya menulis tentang pengembangan diri dan keuangan dengan sentuhan reflektif. Lewat cerita dan insight, saya ingin mengajakmu menemukan makna di balik angka dan rutinitas.
Follow:
- Editor in Chief
Share
2 Menit
doom spending
Doom spending—kebiasaan belanja impulsif karena cemas akan kondisi ekonomi dan masa depan yang tak pasti.
Navigasi Konten
Apa Itu Doom Spending dan Kenapa Bisa Bikin Miskin?Survei Global: Banyak yang Merasa Kondisi Finansialnya Lebih Buruk dari Orang TuaApakah Berhemat Adalah Solusi? Belum Tentu.Cara Jitu Atur Keuangan agar Tetap Waras dan Tetap KayaKaya Itu Soal Perspektif, Bukan NominalDoom Spending Bukan Takdir, Tapi Kebiasaan yang Bisa Diubah

Techtimes Indonesia – Kamu pernah merasa stres soal masa depan lalu malah kalap belanja online?

Hati-hati, bisa jadi kamu sedang terjebak dalam fenomena doom spending—kebiasaan belanja impulsif karena cemas akan kondisi ekonomi dan masa depan yang tak pasti.

Fenomena ini makin sering dibahas dan jadi momok bagi generasi Z maupun milenial.

- Advertisement -
Ad imageAd image

Menurut Daivik Goel, pendiri startup asal Silicon Valley, dirinya dulu kerap menghamburkan uang untuk barang-barang mewah, gadget terbaru, hingga foya-foya.

Semua itu ia lakukan sebagai bentuk pelarian dari rasa tidak puas terhadap pekerjaan dan tekanan sosial dari teman sebayanya.

“Orang-orang sadar bahwa menabung buat beli rumah bisa makan waktu sangat lama. Jadi, mereka lebih memilih menghabiskan uang untuk hal lain,” ujar Goel dalam wawancara dengan CNBC.

Baca Juga:  Hari Buruh Internasional 2025: Refleksi Kritis atas Dunia Kerja Modern

Apa Itu Doom Spending dan Kenapa Bisa Bikin Miskin?

Doom spending adalah kebiasaan mengeluarkan uang secara impulsif untuk menenangkan diri dari rasa stres atau pesimis terhadap masa depan.

Fenomena ini muncul seiring meningkatnya tekanan ekonomi, ketidakpastian pekerjaan, serta pengaruh media sosial yang memperkuat gaya hidup konsumtif.

Ylva Baeckstrom, dosen keuangan di King’s Business School dan mantan bankir, menyebutkan bahwa doom spending bisa membuat generasi muda lebih miskin dibanding orang tua mereka.

“Generasi sekarang adalah generasi pertama yang mungkin akan hidup lebih miskin dari orang tua mereka. Banyak yang merasa tidak akan pernah bisa mencapai pencapaian finansial yang sama,” tegasnya.

Jangan Lewatkan:

Ilustrasi Liquidity Provider di pasar saham Indonesia
Apa Itu Liquidity Provider? Ini Penjelasan dan Daftar Emiten di BEI
Menjadi Super Spesialis atau Multitasking sebagai pilihan arah karier
Menjadi Super Spesialis atau Multitasking, Mana yang Lebih Baik?
Ekosistem Apple Desk Setup
10 Fitur Keren di Ekosistem Apple yang Bikin Produktivitas Makin Ngebut

Survei Global: Banyak yang Merasa Kondisi Finansialnya Lebih Buruk dari Orang Tua

Data dari Survei Keamanan Finansial International Your Money CNBC menunjukkan bahwa hanya 36,5% responden dewasa di seluruh dunia yang merasa kondisi finansial mereka lebih baik dari orang tuanya. Sedangkan 42,8% justru merasa lebih buruk.

Baca Juga:  Standar Kemiskinan Indonesia Versi Bank Dunia dan BPS: Angkanya Bikin Kaget!

Hal ini menunjukkan adanya ketakutan kolektif yang turut mendorong perilaku konsumtif demi “menikmati hidup sekarang”, alih-alih mempersiapkan masa depan.

Apakah Berhemat Adalah Solusi? Belum Tentu.

Meskipun sering dianggap sebagai solusi, berhemat tanpa tujuan bisa jadi bumerang.

Menurut Preston D. Cherry, psikolog finansial sekaligus perencana keuangan bersertifikasi (CFP), menahan diri secara berlebihan bisa memicu revenge spending—yakni perilaku belanja berlebihan untuk “balas dendam” setelah terlalu lama mengekang diri.

“Hidup hemat tanpa arah justru bisa menimbulkan tekanan mental. Belanja sering kali terasa lebih membebaskan dibandingkan ‘budgeting’ karena memberi kesan punya kontrol atas uang,” jelas Cherry.

- Advertisement -
Ad imageAd image

Dengan kata lain, menahan diri bukan berarti kamu bisa langsung bebas dari masalah finansial. Yang lebih penting adalah kesadaran dalam merencanakan pengeluaran.

Cara Jitu Atur Keuangan agar Tetap Waras dan Tetap Kaya

Strategi sederhana tapi efektif bisa kamu terapkan dari metode milik Ramit Sethi, penulis buku I Will Teach You To Be Rich dan host serial Netflix bertema keuangan. Ia menyarankan untuk membagi pengeluaran dalam empat kategori:

  1. Pengeluaran tetap: Seperti cicilan, sewa, dan tagihan bulanan.
  2. Tabungan: Termasuk dana darurat, sinking fund, atau kebutuhan jangka pendek.
  3. Investasi: Untuk pembelian aset seperti saham, emas, atau reksa dana.
  4. Gaya hidup: Makan di luar, langganan streaming, belanja fashion, dll.
Baca Juga:  Tips Konten Kreator Gen Z: 7 Ide Harian & Strategi Viral yang Works

Dengan melacak empat jenis pengeluaran ini, kamu bisa tahu persis ke mana uangmu pergi—tanpa harus merasa bersalah saat belanja.

Kaya Itu Soal Perspektif, Bukan Nominal

Ramit juga menekankan bahwa definisi kaya itu personal.

“Kaya adalah ketika kamu bisa hidup sesuai impianmu. Entah itu menjemput anak dari sekolah, atau beli barang mahal tanpa rasa bersalah,” jelasnya.

Jadi, fokuslah pada gaya hidup ideal versimu sendiri, bukan pada pencapaian finansial orang lain yang kamu lihat di media sosial.

Doom Spending Bukan Takdir, Tapi Kebiasaan yang Bisa Diubah

Gen Z dan milenial bisa tetap kaya di masa depan asal sadar soal pengelolaan uang.

Doom spending mungkin terasa menyenangkan untuk sesaat, tapi jangka panjangnya bisa bikin kamu kehilangan banyak peluang.

Mulailah dari langkah kecil: Kenali pola belanja, kelola pengeluaran dengan sadar, dan tentukan arti ‘kaya’ versimu sendiri.

banner banner
Traktir Writers 🧑🏻‍💻
Hai! Support penulis Techtimes Indonesia, yuk! Dengan traktiran kecil darimu, penulis kami bisa terus semangat bikin konten yang berkualitas dan bermanfaat.
Traktir Sekarang
TAGGED:cara atur keuangandoom spendinggen z miskinPersonal Finance
Share tulisan ini, yuk!
Facebook Whatsapp Whatsapp LinkedIn Threads Copy link
Tentang:Setiawan Chogah
Editor in Chief
Follow:

Saya menulis tentang pengembangan diri dan keuangan dengan sentuhan reflektif. Lewat cerita dan insight, saya ingin mengajakmu menemukan makna di balik angka dan rutinitas.

Tulisan Sebelumnya 👈 Visa, MasterCard, dan QRIS. Visa, MasterCard, dan QRIS: Mana yang Lebih Cocok untuk Kamu Gunakan?
👉 Tulisan Selanjutnya Ilustrasi tim marketing sedang menyusun strategi dan alokasi marketing budget di depan papan strategi digital. Marketing Budget Bukan Pemborosan, tapi Investasi Masa Depan Brand
Tidak ada komentar Tidak ada komentar

Silakan login untuk meninggalkan komentar:

Login dengan Google Login dengan X

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Anda harus masuk untuk berkomentar.

Komentari lewat Facebook

- Advertisement -
Ad imageAd image

Terkini

gencatan senjata tarif AS-China
Bisnis

Gencatan Senjata Tarif AS-China: Kabar Baik bagi Ekonomi Global dan ASEAN

HarmonyOS
Teknologi

Huawei Rilis Laptop Pertama HarmonyOS, Tantang Windows dan MacOS

sinergi PLN dan Pemprov Banten untuk pemerataan listrik
Bisnis

PLN dan Gubernur Banten Bahas Pemerataan Listrik dan Energi Terbarukan

Tambah Daya Listrik
Bisnis

PLN Hadirkan Promo Tambah Daya 50% Sambut Hari Kebangkitan Nasional

diskon tambah daya listrik PLN
Bisnis

PLN Hadirkan Diskon 50% Tambah Daya Listrik Lewat Promo Bangkit Lebih Terang

Ruang Baca

Teknologi
Teknologi
techtimes
Bisnis
techtimes
Keuangan
techtimes
Gaya Hidup
techtimes
Sains
techtimes
Kultur
- Advertisement -
Ad imageAd image

Bacaan Selanjutnya

Manager PLN Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Cikokol, Badruz Zaman, bersama petugas lapangan berfoto usai apel penyalaan serentak Pasang Baru dan Perubahan Daya pelanggan tegangan rendah, sebagai bagian dari pelaksanaan Program Juliet di wilayah kerja UP3 Cikokol.

Program Juliet: PLN Banten Sambungkan Listrik ke 13.516 Pelanggan pada April 2025

Aira Safeeya
Bisnis
12 Mei 2025
Menurut ilmu neuropsikologi, perasaan seperti syukur dan cinta dapat mengaktifkan bagian otak yang berhubungan dengan ketenangan dan motivasi.

Tubuhmu, Frekuensimu: Sebuah Latihan untuk Mendekat pada Kejernihan

Setiawan Chogah
Insight Sains
9 Mei 2025
doom spending,gen z miskin,cara atur keuangan

Ekosistem Apple 2025: Solusi Teknologi Terintegrasi untuk Profesional Modern

Liora N. Shasmitha
Teknologi
10 Mei 2025
Program Pendanaan Hilirisasi Riset-Pengujian Model & Prototipe Tahun 2025 diluncurkan untuk mendukung riset inovatif yang dapat diterapkan langsung dalam dunia industri dan masyarakat.

Program Pendanaan Hilirisasi Riset 2025: Menyongsong Inovasi Berkelanjutan untuk Indonesia

Elira V. Kirana
Sains
9 Mei 2025
Muat Lagi
Techtimes Indonesia
Facebook X-twitter Instagram Threads Whatsapp

Techtimes Indonesia hadir sebagai media alternatif yang fokus mengabarkan inovasi dan perkembangan terkini di bidang teknologi, bisnis, keuangan, serta tantangan yang kita hadapi setiap hari. Kami menganalisis bagaimana bisnis dan teknologi saling bersinggungan, mempengaruhi, dan memberikan dampak pada berbagai lini kehidupan untuk mewujudkan transformasi budaya di dunia yang semakin saling terhubung ini.

Ad image
  • Tentang Kami
  • Iklan & Partnership
  • Kebijakan Privasi
  • Syarat dan Ketentuan
  • Kirim TulisanNew
  • Traktir PenulisNew
  • Kontak
  • Teknologi
  • Bisnis
  • Keuangan
  • Sains
  • Gaya Hidup
  • Kultur
  • Insight
  • About Us
  • Advertising & Partnership
  • Privacy Policy
  • Terms & Conditions
  • Guest Post
  • Contact

© 2025 Techtimes Indonesia. All rights reserved.