Jakarta, Techtimes Indonesia – Di tengah ketidakpastian ekonomi global, investor semakin berhati-hati dalam memilih aset yang aman dan menguntungkan.
Emas kembali menjadi pilihan utama sebagai aset lindung nilai atau safe haven, terutama saat pasar keuangan mengalami volatilitas.
Emas: Pelindung Nilai di Masa Krisis
Keunggulan emas yang tahan terhadap inflasi dan krisis menjadikannya opsi investasi jangka panjang yang menarik.
Perencana keuangan sekaligus Co-Founder OneShildt Consulting, Budi Rahardjo, menegaskan bahwa emas tetap menjadi instrumen investasi yang diminati, terutama saat kondisi ekonomi tidak stabil.
“Saat ekonomi tidak stabil, banyak investor menghindari instrumen berisiko tinggi seperti saham atau properti yang bisa mengalami tekanan. Dalam situasi seperti ini, emas tetap menjadi pilihan karena dianggap lebih aman dan berpotensi positif pada 2025,” ujarnya.
Logam Mulia vs Emas Digital
Budi memprediksi harga emas akan tetap bertahan, meski belum bisa dipastikan apakah kenaikannya akan sebesar tahun-tahun sebelumnya. Untuk investasi, ia merekomendasikan emas logam mulia karena tidak memiliki biaya tambahan seperti desain atau pemasaran.
Selain emas fisik, emas digital kini semakin diminati karena fleksibilitasnya. Investor bisa membeli emas digital mulai dari Rp10.000, menjadikannya pilihan menarik bagi pemula atau mereka yang ingin berinvestasi dengan modal kecil.
“Emas digital memudahkan investor dengan dana terbatas untuk berinvestasi sesuai kemampuan, tanpa harus membeli emas fisik yang bobotnya sudah terstandarisasi,” jelas Budi.
Kelebihan dan Risiko Emas Digital
Salah satu keunggulan emas digital adalah likuiditasnya yang tinggi. Investor dapat mencairkannya kapan saja tanpa perlu datang ke toko atau lembaga tertentu.
Sebaliknya, emas fisik memerlukan proses lebih panjang saat dijual kembali.
Namun, kedua jenis emas ini memiliki risiko masing-masing. Emas fisik lebih mudah diwariskan dan disimpan, tetapi rentan terhadap pencurian atau pemalsuan.
Sementara itu, emas digital lebih praktis, namun berisiko terkena serangan siber atau kehilangan akses akun.
“Karena itu penting untuk memastikan penyedia layanan emas digital memiliki izin dari OJK atau lembaga pengawas lainnya,” ucapnya.
Kapan Waktu Terbaik Membeli Emas?
Selain memahami risiko dan keunggulan emas, investor juga perlu mengetahui kapan waktu terbaik untuk membeli. Menurut Budi, investasi emas idealnya bersifat jangka panjang, minimal 5–10 tahun, agar keuntungan lebih terasa.
Harga emas bisa naik, turun, atau stagnan tergantung kondisi ekonomi, tetapi saat krisis atau ketidakpastian, nilainya cenderung meningkat.
“Waktu terbaik untuk membeli emas sebenarnya beberapa tahun lalu saat harganya masih murah, tapi kalau belum, sekarang adalah waktu terbaik karena dalam 5–10 tahun ke depan nilainya akan naik,” jelasnya.
Emas Digital untuk Pemula
Bagi investor pemula dengan modal terbatas, emas digital bisa menjadi langkah awal yang ideal. “Emas digital cocok untuk belajar investasi karena bisa dibeli dalam nominal kecil dan membantu memahami mekanisme harga jual dan beli,” ujarnya.
Dengan memahami karakteristik emas, investor dapat lebih bijak dalam memilih instrumen yang sesuai dengan tujuan keuangan mereka.