Korea Selatan sedang memimpin langkah besar dalam menciptakan solusi bagi masalah kesepian yang semakin meningkat di kalangan penduduknya. Melalui sebuah proyek ambisius, negara tersebut merencanakan untuk membangun kota anti kesepian yang dirancang khusus untuk meningkatkan kesejahteraan sosial penghuninya.
Proyek ini, yang diberi nama Loneliness-Free Seoul, dengan anggaran 451,3 miliar won atau setara dengan Rp5 triliun diharapkan dapat memberi contoh bagi negara-negara lain yang menghadapi tantangan serupa di tengah modernisasi dan kemajuan teknologi.
Menyikapi Lonjakan Kesepian
Korea Selatan, seperti banyak negara maju lainnya, tengah menghadapi lonjakan angka kesepian di kalangan penduduknya, terutama di kalangan lansia dan generasi muda yang sering merasa terisolasi meski hidup di lingkungan yang ramai.
Menurut data dari Statistics Korea, sekitar 40% orang dewasa di negara itu mengaku sering merasa kesepian. Bahkan, di antara lansia, lebih dari 50% melaporkan perasaan kesepian yang intens, sebuah fenomena yang semakin menjadi perhatian pemerintah.
Loneliness-Free Seoul sejatinya ditujukan untuk menangani masalah ini dari akarnya dan mencegah meningkatnya kasus godoksa (kematian karena kesepian) di ibu kota Korea Selatan tersebut.
“Tampaknya kematian karena kesepian di antara orang-orang berusia 20-an dan 30-an disebabkan oleh kegagalan dalam mencari pekerjaan atau diberhentikan,” kata Noh Jung-hoon, seorang pejabat kesejahteraan dari kementerian kesehatan.
Inovasi Teknologi dan Desain untuk Kota Anti Kesepian
Loneliness-Free Seoul bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang secara khusus dirancang untuk memerangi perasaan kesepian ini. Kota ini akan mengintegrasikan teknologi canggih, desain urban yang ramah sosial, serta program-program komunitas yang mendorong interaksi antar warganya.
“Kesepian dan keterasingan bukan sekadar masalah individu, tetapi tugas yang harus diselesaikan masyarakat bersama-sama,” kata Wali Kota Seoul Oh Se-hoon dalam rilis berita.
“Kota ini akan memobilisasi seluruh kapasitas kota untuk membantu orang-orang yang kesepian pulih dan kembali ke masyarakat,” imbuhnya.
Kota ini juga berencana untuk memperkenalkan layanan psikologis dan ruang terbuka hijau yang lebih luas; rencana makan bergizi untuk penduduk setengah baya dan lanjut usia; “sistem pencarian” khusus untuk mengidentifikasi penduduk terisolasi yang membutuhkan bantuan; dan kegiatan untuk mendorong orang-orang keluar rumah dan terhubung dengan orang lain, seperti berkebun, berolahraga, klub buku, dan banyak lagi.
Para ahli menyambut baik langkah-langkah tersebut tetapi mengatakan masih banyak yang perlu dilakukan – sebagian karena kesepian di Korea terkait dengan bagian-bagian unik tertentu dari budaya Korea yang sulit diubah.
“Kesepian adalah masalah sosial yang signifikan saat ini, jadi upaya atau kebijakan untuk mengatasinya mutlak diperlukan,” kata An Soo-jung, seorang profesor psikologi di Universitas Myongji – namun, ia memperingatkan bahwa “perlu ada pertimbangan cermat tentang seberapa efektif langkah-langkah ini akan diterapkan.”
Kesehatan Mental sebagai Prioritas
Bukan hanya aspek fisik yang menjadi fokus dalam pembangunan kota ini, namun juga kesehatan mental warganya. Peneliti dari Seoul National University, Dr. Lee Min-ah, yang terlibat dalam proyek ini, menjelaskan bahwa kesepian dapat memiliki dampak serius terhadap kesehatan mental dan fisik seseorang.
“Kesepian dapat menyebabkan depresi, kecemasan, dan berbagai masalah kesehatan lainnya. Melalui kota ini, kami berusaha mengurangi faktor-faktor yang memicu perasaan kesepian,” kata Dr. Lee.
Dalam hal ini, pemerintah Korea Selatan juga bekerja sama dengan lembaga kesehatan untuk menawarkan program-program yang fokus pada kesejahteraan mental. Mulai dari konseling berbasis teknologi hingga kelompok pendukung yang mengorganisir pertemuan rutin untuk membantu warga membangun jaringan sosial mereka.
Pembangunan Berkelanjutan dan Aksesibilitas
Kota ini tidak hanya mengutamakan interaksi sosial, tetapi juga berfokus pada keberlanjutan lingkungan. Dengan pemanasan global yang semakin menjadi perhatian, kota anti-kesepian ini akan menerapkan konsep kota hijau dengan energi terbarukan, transportasi ramah lingkungan, serta pengelolaan sampah yang efisien.
“Kami percaya bahwa sebuah kota yang sehat harus seimbang dalam hal sosial, ekonomi, dan lingkungan. Kami ingin memberikan contoh bagaimana ketiganya bisa berjalan beriringan,” kata Oh Se-hoon.
Kota ini juga dirancang agar ramah bagi semua kalangan, termasuk mereka yang memiliki keterbatasan fisik. Fasilitas umum akan dirancang agar mudah diakses oleh semua orang, termasuk lansia dan penyandang disabilitas.
Membangun Masyarakat yang Lebih Terhubung
Dalam wawancara terpisah, Menteri Pembangunan Kota, Park Ji-young, mengungkapkan bahwa pembangunan kota ini adalah langkah maju dalam menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan terhubung.
“Kesepian adalah tantangan besar di era modern ini, dan kami ingin memberikan solusi yang nyata. Kota ini adalah bukti bahwa teknologi dan desain urban dapat digunakan untuk mendukung kehidupan sosial yang lebih baik,” ujarnya.
Proyek ini bukan hanya tentang membangun kota fisik, tetapi juga tentang menciptakan komunitas yang saling mendukung. Pemerintah berharap bahwa kota ini dapat menjadi model bagi inisiatif serupa di seluruh dunia, seiring dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya kesejahteraan mental dan sosial dalam kehidupan urban yang semakin kompleks.
Menuju Masa Depan yang Lebih Baik
Kota anti kesepian ini diharapkan mulai beroperasi dalam lima tahun mendatang, dan diharapkan dapat menampung lebih dari 100.000 warga. Dengan kemajuan teknologi dan desain yang inklusif, Korea Selatan berusaha menunjukkan bahwa masa depan perkotaan tidak hanya tentang infrastruktur dan teknologi, tetapi juga tentang menciptakan lingkungan yang lebih manusiawi, di mana setiap individu dapat merasa terhubung dan dihargai.
Sebagai negara yang sangat maju dalam hal teknologi dan inovasi, Korea Selatan terus menjadi pelopor dalam berbagai bidang, dan proyek kota anti-kesepian ini adalah contoh nyata dari upaya negara ini untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi semua warganya.
Proyek Loneliness-Free Seoul di Korea Selatan adalah terobosan besar dalam memerangi kesepian, sebuah masalah yang semakin mendapat perhatian di seluruh dunia. Dengan memanfaatkan teknologi, desain inovatif, dan fokus pada kesehatan mental, Korea Selatan berusaha untuk menciptakan kota yang tidak hanya cerdas dalam hal infrastruktur, tetapi juga dalam memperhatikan kesejahteraan sosial penghuninya.
Jika berhasil, proyek ini dapat menjadi model bagi kota-kota lain yang ingin menciptakan masyarakat yang lebih terhubung dan inklusif di masa depan.