Techtimes Indonesia
Notifikasi
Kirim Tulisan
Traktir Writers
  • Indeks
  • Teknologi
  • Bisnis
  • Keuangan
  • Sains
  • Gaya Hidup
  • Kultur
  • InsightNew
  • 🤩 Trending Topik:
  • Personal Finance
  • Investasi
  • Self Improvement
  • Review
  • Phones/Tablets/Mobile
  • Books/Movies
  • Gadgets
  • Komputer
  • Internet
Techtimes IndonesiaTechtimes Indonesia
Font ResizerAa
  • Indeks
  • Teknologi
  • Bisnis
  • Keuangan
  • Sains
  • Gaya Hidup
  • Kultur
  • InsightNew
Cari
  • Ruang Baca
    • Teknologi
    • Gaya Hidup
    • Bisnis
    • Kultur
    • Keuangan
    • Insight
    • Sains
    • Indeks Berita
  • Tentang Kami
    • Tim Editorial
    • Iklan & Partnership
    • Syarat dan Ketentuan
    • Hubungi Kami
    • Kebijakan Privasi
    • Kirim Tulisan

Traktir Writers ☕️

Support penulis Techtimes Indonesia, yuk! Dengan traktiran kecil darimu, penulis kami bisa terus semangat bikin konten yang berkualitas dan bermanfaat.

Traktir Sekarang

Terkini

gencatan senjata tarif AS-China

Gencatan Senjata Tarif AS-China: Kabar Baik bagi Ekonomi Global dan ASEAN

HarmonyOS

Huawei Rilis Laptop Pertama HarmonyOS, Tantang Windows dan MacOS

Ilustrasi Liquidity Provider di pasar saham Indonesia

Apa Itu Liquidity Provider? Ini Penjelasan dan Daftar Emiten di BEI

Menjadi Super Spesialis atau Multitasking sebagai pilihan arah karier

Menjadi Super Spesialis atau Multitasking, Mana yang Lebih Baik?

undangan menulis di techtimes indonesiaundangan menulis di techtimes indonesia

Call for Writers 🧑🏻‍💻

Tulis gagasanmu dan menginspirasilah bersama Techtimes Indonesia! 💡

Kirim Tulisan
Punya akun di Techtimes Indonesia? Sign In
Stay Connected
  • About Us
  • Advertising & Partnership
  • Privacy Policy
  • Terms & Conditions
  • Guest Post
  • Contact
© 2025 Techtimes Indonesia. All rights reserved.
Insight

Manifesto Dapur: Teknologi, Ruang Domestik, dan Pertarungan Nilai

Dapur bukan sekadar tempat memasak, tapi ruang sosial yang sarat nilai. Artikel ini mengeksplorasi bagaimana teknologi memengaruhi ruang domestik dan relasi di dalamnya—dari kulkas pintar hingga solusi berbasis AI.

T.H. Hari Sucahyo
Publikasi: Kamis, 24 April 2025
Oleh:
T.H. Hari Sucahyo - Kontributor Tamu
Share
3 Menit
dapur
Dapur masa depan dalam genggaman: teknologi yang menyatu dengan kehangatan ruang domestik.

Techtimes Indonesia — Dapur adalah ruang yang lebih kompleks daripada yang sering dibayangkan oleh para desainer teknologi.

Ia bukan hanya tempat memasak, tapi juga ruang sosial tempat keluarga berkumpul, tempat cerita diwariskan, dan tempat di mana keputusan-keputusan penting dalam kehidupan sehari-hari diambil.

Maka, ketika teknologi mulai menyusup ke dapur dalam wujud kulkas pintar, oven otomatis, hingga alat masak berbasis AI, pertanyaan yang seharusnya kita ajukan bukan semata “seberapa canggih ini?”, tetapi “untuk siapa teknologi ini bekerja?” dan “nilai-nilai apa yang dibawanya?”

- Advertisement -
Ad imageAd image

Sejarah dapur selalu terkait erat dengan kerja reproduktif, yaitu jenis kerja yang menopang kehidupan, seperti memasak, membersihkan, dan mengasuh, namun sering kali tak dianggap penting dalam ekonomi formal.

Selama berabad-abad, peran ini dilekatkan pada perempuan. Dalam Caliban and the Witch, Silvia Federici menyatakan bahwa kapitalisme modern dibangun di atas kerja perempuan yang tidak dibayar, terutama di ruang domestik.

Maka, ketika alat-alat dapur modern muncul dengan janji “mempermudah kerja rumah”, kita perlu mempertanyakan: apakah mereka benar-benar membebaskan, atau justru membungkus ketimpangan lama dalam kemasan teknologi terbaru?

Misalnya, mesin pencuci piring atau oven pintar tidak serta-merta menghapus beban mental ibu rumah tangga yang tetap harus memikirkan menu, belanja bahan, dan mengatur jadwal makan.

Baca Juga:  Standar Kemiskinan Indonesia Versi Bank Dunia dan BPS: Angkanya Bikin Kaget!

Teknologi mungkin membuat pekerjaan fisik lebih cepat, tapi tak langsung menyentuh akar persoalan relasi kuasa dalam rumah tangga.

Seperti yang pernah diungkapkan antropolog Lucy Suchman, “Just because something is automated doesn’t mean it’s been thought through.”

Otomatisasi tak selalu berarti kebebasan—apalagi jika yang diotomatisasi justru aspek yang paling manusiawi: perencanaan, perasaan, perhatian.

Jangan Lewatkan:

Menurut ilmu neuropsikologi, perasaan seperti syukur dan cinta dapat mengaktifkan bagian otak yang berhubungan dengan ketenangan dan motivasi.
Tubuhmu, Frekuensimu: Sebuah Latihan untuk Mendekat pada Kejernihan
dapur,manifesto dapur,ruang domestik,teknologi dapur
Deretan Foto Kegiatan Bill Gates di Jakarta, dari Istana Merdeka hingga Kunjungan ke Sekolah
Mindset, Energi, dan Masa Depan
Mindset, Energi, dan Masa Depan: Saat Pikiran Bisa Mengubah Kenyataan

Dalam banyak kasus, teknologi dapur dikembangkan bukan karena ada kebutuhan nyata dari pengguna, tapi karena pasar membutuhkan inovasi baru untuk dijual.

Kita tidak benar-benar butuh kulkas yang bisa memotret isinya dan mengirimkan gambar ke ponsel. Namun, produsen butuh fitur baru untuk membedakan produk mereka di pasar.

Inilah yang disebut oleh Evgeny Morozov sebagai solutionism, yaitu kecenderungan industri teknologi menciptakan solusi untuk masalah yang sebenarnya tidak ada, atau sengaja dibuat-buat.

Alih-alih merespons kebutuhan nyata, teknologi dapur sering kali justru menciptakan ketergantungan baru.

Masalahnya tidak berhenti di sana. Alat-alat ini, yang tampaknya pintar dan praktis, justru memperluas ruang pengawasan dalam rumah.

- Advertisement -
Ad imageAd image

Kulkas yang tahu apa yang kita makan, oven yang menyimpan riwayat pemakaian, sensor dapur yang mencatat waktu aktivitas—semua itu memproduksi data yang bisa diakses, dianalisis, bahkan dijual.

Baca Juga:  Deretan Foto Kegiatan Bill Gates di Jakarta, dari Istana Merdeka hingga Kunjungan ke Sekolah

Maka, teknologi dapur hari ini bukan hanya soal kenyamanan, tapi juga soal privasi digital, kontrol, dan kapitalisasi kehidupan domestik.

Kita butuh cara berpikir lain tentang teknologi. Bukan sebagai sekadar alat yang netral, tapi sebagai cerminan nilai, hubungan sosial, dan visi tentang kehidupan yang diinginkan.

Dalam Tools for Conviviality, Ivan Illich menyatakan bahwa teknologi yang sehat adalah yang memungkinkan orang bertindak dengan otonomi, saling mendukung, dan menjalin relasi yang bermakna.

Maka, dapur yang sehat bukan yang dipenuhi alat otomatis, melainkan dapur yang mengundang kerja sama: tempat anak-anak belajar memasak bersama orang tuanya, tempat keluarga menyusun menu bersama, tempat makanan disiapkan dengan cinta—bukan hanya efisiensi.

Bayangkan, alih-alih alat masak yang serba otomatis, kita punya perangkat yang bisa mendorong kesadaran ekologis.

Kompor yang memberi notifikasi jejak karbon tiap bahan yang dimasak, atau tempat sampah dapur yang secara visual menunjukkan berapa banyak sisa makanan yang dibuang dalam seminggu.

Teknologi ini bukan untuk menggantikan kerja manusia, tapi untuk mengajak berpikir lebih bijak dan lebih dalam.

Di Indonesia, masih banyak dapur yang tidak tersentuh oleh teknologi canggih. Dapur dengan pawon tradisional, tungku kayu, alat-alat manual.

Baca Juga:  May Day 2025: Suara Buruh, Ancaman AI, dan Masa Depan Dunia Kerja Gen Z

Kita sering menganggap dapur seperti ini sebagai “ketinggalan zaman”, padahal dalam banyak hal, mereka justru lebih berdaulat: bisa mengolah bahan lokal, tidak tergantung listrik, menghasilkan limbah yang minim.

Dapur tradisional adalah ruang hidup yang organik, penuh cerita dan kebijaksanaan.

Kita perlu lebih banyak belajar dari sana, bukan sekadar menggantinya dengan gadget baru.

Teknologi seharusnya tidak mengendalikan manusia, tetapi mendukung manusia untuk hidup lebih bermakna.

Dapur adalah tempat emosi bertemu dengan fungsi, tempat ritual keseharian bertemu dengan kreativitas.

Maka, teknologi yang ditempatkan di dapur harus mampu menghargai dimensi ini.

- Advertisement -
Ad imageAd image

Kita tidak butuh alat pintar yang hanya menambahkan fitur, tapi alat yang bisa memperdalam relasi: antara manusia dan makanan, antara generasi, antara ingatan dan harapan.

Manifesto ini bukan ajakan untuk anti-teknologi, tapi ajakan untuk berpikir lebih etis dan manusiawi.

Kita ingin teknologi yang benar-benar bekerja untuk kita, bukan membuat kita bekerja untuknya. Kita ingin dapur yang memanusiakan, bukan mendisiplinkan.

Kita ingin alat yang menambah cerita, bukan menghapus jejak.

Karena pada akhirnya, teknologi dapur yang ideal bukanlah soal seberapa cepat kita bisa menyelesaikan masak, tapi seberapa banyak kehidupan yang bisa kita rayakan di dalamnya.

banner banner
Traktir Writers 🧑🏻‍💻
Hai! Support penulis Techtimes Indonesia, yuk! Dengan traktiran kecil darimu, penulis kami bisa terus semangat bikin konten yang berkualitas dan bermanfaat.
Traktir Sekarang
TAGGED:AImanifesto dapurruang domestikTeknologiteknologi dapur
Share tulisan ini, yuk!
Facebook Whatsapp Whatsapp LinkedIn Threads Copy link
Tentang:T.H. Hari Sucahyo
Kontributor Tamu
Follow:
Peminat bidang sosial, budaya, dan humaniora. Penggagas Lingkar Studi Adiluhung dan Kelompok Studi Pusaka AgroPol.
Tulisan Sebelumnya 👈 dapur,manifesto dapur,ruang domestik,teknologi dapur 3 Perbedaan Mendalam E-Wallet, E-Money, dan QRIS: Mana yang Paling Aman?
👉 Tulisan Selanjutnya SPLU Banten Selatan PLN Perluas SPLU Banten Selatan: Dorong Ketahanan Pangan dan Pertanian Modern
Tidak ada komentar Tidak ada komentar

Silakan login untuk meninggalkan komentar:

Login dengan Google Login dengan X

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Anda harus masuk untuk berkomentar.

Komentari lewat Facebook

- Advertisement -
Ad imageAd image

Terkini

gencatan senjata tarif AS-China
Bisnis

Gencatan Senjata Tarif AS-China: Kabar Baik bagi Ekonomi Global dan ASEAN

HarmonyOS
Teknologi

Huawei Rilis Laptop Pertama HarmonyOS, Tantang Windows dan MacOS

Ilustrasi Liquidity Provider di pasar saham Indonesia
Keuangan

Apa Itu Liquidity Provider? Ini Penjelasan dan Daftar Emiten di BEI

Menjadi Super Spesialis atau Multitasking sebagai pilihan arah karier
Gaya Hidup

Menjadi Super Spesialis atau Multitasking, Mana yang Lebih Baik?

sinergi PLN dan Pemprov Banten untuk pemerataan listrik
Bisnis

PLN dan Gubernur Banten Bahas Pemerataan Listrik dan Energi Terbarukan

Ruang Baca

Teknologi
Teknologi
techtimes
Bisnis
techtimes
Keuangan
techtimes
Gaya Hidup
techtimes
Sains
techtimes
Kultur
- Advertisement -
Ad imageAd image

Bacaan Selanjutnya

Tambah Daya Listrik

PLN Hadirkan Promo Tambah Daya 50% Sambut Hari Kebangkitan Nasional

Aira Safeeya
Bisnis
12 Mei 2025
diskon tambah daya listrik PLN

PLN Hadirkan Diskon 50% Tambah Daya Listrik Lewat Promo Bangkit Lebih Terang

Aira Safeeya
Bisnis
12 Mei 2025
Manager PLN Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Cikokol, Badruz Zaman, bersama petugas lapangan berfoto usai apel penyalaan serentak Pasang Baru dan Perubahan Daya pelanggan tegangan rendah, sebagai bagian dari pelaksanaan Program Juliet di wilayah kerja UP3 Cikokol.

Program Juliet: PLN Banten Sambungkan Listrik ke 13.516 Pelanggan pada April 2025

Aira Safeeya
Bisnis
12 Mei 2025
Ekosistem Apple Desk Setup

10 Fitur Keren di Ekosistem Apple yang Bikin Produktivitas Makin Ngebut

Liora N. Shasmitha
Ammar Fahri
Gaya Hidup Teknologi
9 Mei 2025
Muat Lagi
Techtimes Indonesia
Facebook X-twitter Instagram Threads Whatsapp

Techtimes Indonesia hadir sebagai media alternatif yang fokus mengabarkan inovasi dan perkembangan terkini di bidang teknologi, bisnis, keuangan, serta tantangan yang kita hadapi setiap hari. Kami menganalisis bagaimana bisnis dan teknologi saling bersinggungan, mempengaruhi, dan memberikan dampak pada berbagai lini kehidupan untuk mewujudkan transformasi budaya di dunia yang semakin saling terhubung ini.

Ad image
  • Tentang Kami
  • Iklan & Partnership
  • Kebijakan Privasi
  • Syarat dan Ketentuan
  • Kirim TulisanNew
  • Traktir PenulisNew
  • Kontak
  • Teknologi
  • Bisnis
  • Keuangan
  • Sains
  • Gaya Hidup
  • Kultur
  • Insight
  • About Us
  • Advertising & Partnership
  • Privacy Policy
  • Terms & Conditions
  • Guest Post
  • Contact

© 2025 Techtimes Indonesia. All rights reserved.