4. Pemberian Label yang Negatif
Memberi label negatif pada diri sendiri atau orang lain, seperti “pendosa,” “terlalu duniawi,” atau “pemberontak” hanya karena berbeda pendapat atau tidak mengikuti norma yang ada.
Memberikan label seperti ini bisa menyebabkan isolasi sosial, bahkan bisa merusak harga diri.
Masalah yang umum terjadi adalah dipandang sebagai orang yang “lemah iman” karena memilih untuk meninggalkan komunitas keagamaan.
Hal ini menimbulkan tantangan karena, meskipun kamu lebih bahagia sekarang, kamu tetap harus mengatasi emosi tidak nyaman yang muncul dalam kehidupan baru ini setiap hari.
Masalah dengan pelabelan adalah bahwa hal itu memperkuat konsep diri yang negatif dan mengarah pada penilaian yang keras terhadap orang lain.
Dalam situasi tertentu, hal itu dapat menyebabkan pengucilan individu hanya karena menjadi diri mereka sendiri, yang menyebabkan isolasi sosial.
Jenis pemikiran ini dapat merusak harga diri dan rasa percaya dirimu.
Teknik Praktis untuk Menghadapi Keyakinan Beracun
Sekarang, mari kita bahas beberapa cara praktis yang bisa kamu coba untuk menghadapi keyakinan beracun ini:
1. Mindfulness (Kesadaran Penuh)
Mindfulness itu artinya keadaan di mana kamu benar-benar hadir di saat ini, tanpa terganggu oleh masa lalu atau khawatir tentang masa depan.
Dengan berlatih mindfulness, kamu bisa jadi lebih sadar akan pola pikir beracun yang muncul dan mulai mengenali asal-usul keyakinan yang tidak sehat.
Cara Praktik Mindfulness:
Berlatih Pernapasan Sadar: Fokus pada napasmu saat ia mengalir masuk dan keluar secara alami. Perhatikan sensasi setiap tarikan dan embusan napas tanpa berusaha mengendalikannya.
Jadilah Saksi Pikiranmu Sendiri: Temukan tempat yang tenang di mana kamu tidak akan diganggu, entah itu sudut ruangan, bangku taman, atau tempat mana pun yang membuatmu merasa nyaman dan rileks. Duduklah dalam keheningan, biarkan pikiranmu mengalir tanpa menghakimi.
Meditasi Pemindaian Tubuh: Luangkan waktu beberapa menit untuk memindai tubuhmu dari kepala hingga kaki, perhatikan sensasi atau ketegangan apa pun. Ini membantu mengembangkan kesadaran akan sensasi fisik.
Berjalan dengan Penuh Perhatian: Berjalanlah sebentar di luar ruangan dan fokuslah pada sensasi berjalan — rasakan saat kakimu menyentuh tanah, gerakan tubuhmu, serta pemandangan dan suara di sekitarmu.
Mulailah dari yang Kecil: Mulailah dengan sesi latihan kesadaran singkat, seperti meditasi atau pernapasan kesadaran selama 5-10 menit. Tingkatkan durasinya secara bertahap saat kamu merasa lebih nyaman. Bagi kamu yang Muslim (seperti saya), belajar shalat khusuk dan tuma’ninah adalah salah satu hal yang bisa kamu lakukan.
Pilih Waktu yang Teratur: Pilih waktu yang paling sesuai untukmu, baik di pagi hari sebelum memulai hari, saat istirahat makan siang, atau di malam hari sebelum tidur. Konsistensi membantu membangun kebiasaan. Memperbaiki kebiasaan shalat yang bolong-bolong (bagi seorang Muslim) adalah latihan yang sudah seharusnya dilakukan. Berusahalah untuk shalat tepat waktu.
2. Tanyakan Asal Usul Keyakinanmu
Coba evaluasi dari mana keyakinan itu berasal. Apakah itu ajaran yang diturunkan oleh keluarga, pemuka keagamaan, atau komunitasmu?
Atau apakah ini keyakinan yang kamu bentuk sendiri berdasarkan pengalamanmu?
Pertanyaan yang Bisa Ditanyakan:
- Dari mana keyakinan ini berasal?
- Apakah pengalaman hidupmu mendukung atau justru menantang keyakinan ini?
- Apa tujuan dari keyakinan ini? Apakah itu mendukung kebaikan bersama?
Terkadang, kita berpegang teguh pada keyakinan karena keyakinan tersebut telah berulang kali ditegaskan oleh pengalaman kita atau orang-orang di sekitar kita, atau kita mungkin mengabaikan atau menepis pengalaman yang bertentangan karena tidak sejalan dengan apa yang telah diajarkan kepada kita.
Hal ini mungkin berasal dari keengganan untuk mempertanyakan Tuhan atau otoritas agama.
Jika kamu percaya bahwa mempertanyakan imanmu adalah salah atau berdosa, pikirkanlah saat-saat ketika mempertanyakan iman akan menuntunmu pada pemahaman yang lebih baik atau pertumbuhan pribadi yang lebih dalam.
Pengalaman-pengalaman ini dapat menjadi bukti bahwa keyakinan itu mungkin tidak sehitam dan seputih yang selama ini kamu kira.