Techtimes Indonesia – Pernahkah kamu bertanya pada diri sendiri, “Kenapa kita selalu terburu-buru?” Saya pernah.
Beberapa tahun lalu, ketika dunia di sekitar saya bergerak begitu cepat—dengan segala tuntutan dan tekanan—saya mulai merasa ada sesuatu yang hilang.
Sebuah perasaan kosong yang sulit dijelaskan. Saya terus bekerja, berlari mengejar sesuatu yang entah apa, tetapi rasanya seperti tak pernah sampai.
Semua itu akhirnya membuat saya bertanya-tanya, apakah sebenarnya tujuan saya dalam hidup ini?
Saya mulai menyadari satu hal yang sangat sederhana, tapi begitu berarti: saya merasa terjebak dalam arus kehidupan yang terus bergerak, tanpa sempat menikmati perjalanan itu sendiri.
Rasanya seperti saya sedang berlari tanpa tahu apa yang saya kejar. Dan di titik itu, saya memilih untuk melambat. Ya, saya memutuskan untuk berhenti sejenak, menarik napas, dan memberi ruang untuk hidup dengan lebih sadar.
Melambat untuk Menemukan Tujuan
Awalnya, keputusan ini terasa seperti langkah besar yang aneh. Apa artinya melambat di dunia yang begitu cepat? Bagaimana mungkin saya bisa hidup tanpa terus berlari?
Tetapi, seiring berjalannya waktu, saya mulai memahami. Melambat bukan berarti saya berhenti hidup. Sebaliknya, saya belajar untuk hidup dengan lebih penuh—merasakan setiap momen, tanpa terburu-buru mencapai sesuatu yang entah apa.
Saya ingin tahu apa yang benar-benar saya inginkan, dan saya ingin hidup dengan tujuan yang lebih jelas.
Tentu saja, saya juga sadar bahwa dunia ini membutuhkan uang untuk bertahan hidup. Saya tidak bisa mengabaikan kebutuhan dasar atau meremehkan pentingnya stabilitas finansial.
Namun, saya mulai berpikir ulang tentang bagaimana saya mendekati uang dan pekerjaan. Dulu, saya menetapkan target untuk menghasilkan uang sebanyak-banyaknya—semakin banyak, semakin baik, pikir saya.
Tetapi lambat laun, saya menyadari bahwa ada sesuatu yang lebih penting dari sekadar jumlah uang yang saya miliki.
Uang, Produktivitas, dan Kesehatan
Saat saya mulai melambat, saya juga mulai belajar bahwa produktif bukan berarti bekerja tanpa henti. Saya berhenti mengejar uang sebanyak-banyaknya, karena saya sadar bahwa tujuan saya bukanlah menumpuk materi, tetapi hidup sehat dan cukup.
Saya mulai menetapkan standar yang lebih realistis tentang apa yang saya butuhkan dalam hidup, baik dari segi finansial maupun emosional.
Saya ingin punya cukup waktu untuk merawat diri, beristirahat, dan menikmati hidup tanpa rasa khawatir tentang masa depan.
Dengan cara ini, saya merasa lebih bebas. Saya tidak lagi terperangkap dalam lingkaran kejaran uang yang tak ada habisnya. Saya mulai lebih selektif dengan pekerjaan yang saya ambil, dan lebih fokus pada kualitas daripada kuantitas.
Ini memberi saya kesempatan untuk bekerja lebih cermat, memberikan yang terbaik kepada klien, tanpa merasa terbebani oleh jumlah yang harus saya hasilkan.
Mencari “Titik Cukup”
Saya mulai menggali lebih dalam tentang apa itu “cukup” dalam hidup saya. Berapa banyak yang sebenarnya saya butuhkan untuk hidup dengan layak dan nyaman?
Saya mulai menghitung secara sadar—tidak hanya soal uang, tetapi juga tentang waktu dan energi. Titik cukup ini menjadi semacam kompas, membimbing saya untuk tahu kapan harus berhenti, kapan harus beristirahat, dan kapan harus melanjutkan dengan lebih tenang.
Saya merasa lebih damai ketika saya tahu dengan pasti berapa banyak yang harus saya hasilkan setiap bulan, dan lebih penting lagi, berapa banyak yang saya simpan untuk masa depan.
Tidak lagi ada rasa cemas tentang uang yang tidak cukup, karena saya mulai mengatur segala sesuatunya dengan lebih bijaksana.
Membangun Hubungan yang Damai
Saya juga mulai merenung, apa sebenarnya yang saya inginkan dalam hidup ini selain uang dan kesuksesan? Tentu saja, saya ingin hubungan yang damai—baik dengan diri sendiri, maupun dengan orang-orang terdekat.
Saya pernah mengalami kegagalan dalam pernikahan saya, dan dari pengalaman itu, saya belajar banyak tentang pentingnya komunikasi, pengertian, dan kedamaian dalam hubungan.
Saya ingin membangun hubungan yang lebih sehat dan lebih bermakna, yang tidak didasarkan pada tuntutan atau harapan yang tidak realistis.
Dalam perjalanan ini, saya juga belajar untuk menerima kekurangan saya sendiri—termasuk segala ego yang belum selesai. Ini seperti peperangan batin yang harus saya selesaikan agar bisa kembali menjadi versi diri saya yang lebih utuh dan damai.
Saya menyadari bahwa perang batin yang tidak selesai hanya akan menghalangi saya untuk menikmati kehidupan yang lebih sederhana dan lebih berarti.
Membuat Batasan: Menjaga Waktu untuk Diri Sendiri
Salah satu hal yang paling saya hargai sekarang adalah kemampuan untuk menjaga batasan pribadi. Saya tidak lagi merasa wajib menerima setiap pekerjaan atau janji temu yang datang.
Saya mulai lebih selektif dengan waktu saya. Ketika saya bekerja, saya berkomitmen untuk memberikan yang terbaik—fokus sepenuhnya pada pekerjaan itu tanpa terganggu oleh hal lain.
Ketika saya ingin beristirahat atau menikmati waktu untuk diri sendiri, saya tidak memberi toleransi pada gangguan apapun.
Ini bukan tentang menjadi egois atau tidak peduli pada orang lain. Ini tentang menjaga kualitas hidup saya, menjaga energi saya tetap terjaga, dan lebih memperhatikan apa yang benar-benar penting bagi saya.
Keuangan yang Sehat: Prioritas pada Kualitas
Setelah beberapa waktu, saya mulai merasakan manfaat nyata dari keputusan untuk melambat. Keuangan saya lebih sehat.
Saya tahu berapa banyak yang cukup untuk hidup, dan saya tidak lagi terjebak dalam keinginan untuk mengambil setiap pekerjaan atau proyek yang datang.
Saya hanya fokus pada beberapa kontrak jangka panjang dan klien yang sudah saya kenal dengan baik. Dengan begitu, saya bisa bekerja lebih santai, lebih fokus, dan yang paling penting—lebih bahagia.
Hidup yang Lebih Sederhana dan Bermakna
Perjalanan ini tidak mudah, tetapi memberi saya pelajaran yang luar biasa. Saya belajar bahwa hidup yang cepat dan penuh ambisi bukanlah satu-satunya pilihan.
Gaya hidup lambat mengajarkan saya untuk menghargai setiap detik, untuk merasakan setiap momen, dan untuk hidup dengan lebih sadar. Tidak ada lagi kejaran waktu, tidak ada lagi rasa cemas tentang masa depan yang tak pasti.
Saya mulai menerima hidup apa adanya, dan itu memberi saya kedamaian yang selama ini saya cari.
Jadi, apakah kamu siap untuk melambat? Untuk berhenti sejenak, menarik napas dalam-dalam, dan merasakan kedamaian dalam setiap langkah hidup?
Saya rasa, kita semua bisa. Kita hanya perlu memilih untuk melangkah dengan lebih sadar, lebih tenang, dan lebih penuh makna.