Generasi Z, yang kerap diasosiasikan dengan teknologi dan inovasi, ternyata menghadapi tantangan signifikan saat memasuki dunia kerja. Survei terbaru Intelligent, platform konsultasi pendidikan dan karier, menunjukkan bahwa enam dari sepuluh perusahaan telah memutuskan untuk mengakhiri kontrak kerja dengan lulusan baru mereka.
Hampir 1.000 pemimpin bisnis berpartisipasi dalam survei Intelligent.com.
“Banyak lulusan perguruan tinggi baru-baru ini mungkin kesulitan memasuki dunia kerja untuk pertama kalinya karena bisa sangat berbeda dari apa yang biasa mereka alami sepanjang perjalanan pendidikan mereka,” kata penasihat utama pendidikan dan pengembangan karier Intelligent, Huy Nguyen dalam laporan tersebut.
Dalam survei tersebut, 75% perusahaan melaporkan bahwa beberapa atau semua lulusan perguruan tinggi terbaru mereka tidak memuaskan.
Setengah dari pengusaha mengatakan pekerja Gen Z kemungkinan besar menunjukkan kurangnya motivasi, sementara 39% mengatakan mereka kurang memiliki keterampilan komunikasi, menurut survei tersebut.
Hampir separuh (46%) mengatakan pekerja Gen Z menunjukkan kurangnya profesionalisme di tempat kerja.
Kurangnya pengalaman kerja, kesulitan dalam mengelola waktu, dan ketidakmampuan untuk bekerja dalam tim menjadi beberapa faktor yang menyebabkan hal ini.
Alasan Perusahaan Memecat Pekerja Gen Z
Berikut alasan mengapa perusahaan memecat karyawan Gen Z:
- Kurangnya motivasi atau inisiatif: Banyak perusahaan merasa bahwa beberapa karyawan muda kurang proaktif dalam menyelesaikan tugas dan mengambil tanggung jawab.
- Kurangnya profesionalisme: Masalah seperti keterlambatan, ketidakhadiran yang tidak dibenarkan, dan kurangnya etika kerja yang baik seringkali menjadi kendala.
- Keterampilan berorganisasi yang buruk: Kemampuan untuk mengelola waktu dan tugas dengan efektif sangat penting dalam dunia kerja.
- Keterampilan komunikasi yang buruk: Baik komunikasi verbal maupun tertulis yang efektif sangat dibutuhkan untuk menjalin hubungan yang baik dengan rekan kerja dan klien.
- Kesulitan menerima feedback: Kemampuan untuk menerima kritik dan masukan konstruktif adalah kunci untuk tumbuh dan berkembang.
- Kurangnya pengalaman kerja yang relevan: Banyak lulusan baru merasa kesulitan untuk langsung beradaptasi dengan tuntutan pekerjaan yang sebenarnya.
- Keterampilan pemecahan masalah yang buruk: Kemampuan untuk menganalisis masalah dan menemukan solusi yang kreatif sangat dihargai oleh perusahaan.
- Keterampilan teknis yang tidak memadai: Meskipun penting, keterampilan teknis saja tidak cukup untuk sukses dalam jangka panjang.
- Ketidakcocokan budaya: Setiap perusahaan memiliki budaya kerja yang unik, dan tidak semua orang akan cocok dengan budaya tersebut.
- Kesulitan bekerja dalam tim: Kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain adalah keterampilan yang sangat penting dalam lingkungan kerja modern.
Memahami Akar Masalah
Beberapa faktor yang mungkin berkontribusi pada tantangan yang dihadapi generasi Z antara lain:
Perbedaan ekspektasi
Lingkungan perguruan tinggi seringkali menawarkan struktur yang jelas, tenggat waktu yang pasti, dan evaluasi yang terukur. Hal ini berbeda dengan dunia kerja yang lebih dinamis, di mana tugas dan tanggung jawab dapat berubah dengan cepat. Banyak lulusan baru merasa kesulitan beradaptasi dengan ketidakpastian dan tuntutan yang lebih tinggi di lingkungan kerja.
Selain itu, ekspektasi akan keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan yang sering kali dipromosikan di kalangan generasi muda juga dapat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan ketidaksesuaian antara harapan dan realitas dunia kerja.
Kurangnya persiapan
Tidak semua lulusan memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pengalaman kerja yang relevan sebelum lulus. Program magang dan kerja part-time selama kuliah dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang dunia kerja, namun tidak semua mahasiswa memiliki akses ke peluang-peluang tersebut.
Akibatnya, banyak lulusan yang merasa kurang siap menghadapi tantangan-tantangan di tempat kerja, seperti bekerja dalam tim, menyelesaikan masalah yang kompleks, dan mengelola waktu dengan efektif.
Teknologi
Generasi Z memang tumbuh dengan teknologi dan sangat mahir dalam menggunakan berbagai perangkat digital. Namun, keterampilan digital yang mereka miliki belum tentu sejalan dengan kebutuhan spesifik industri. Perusahaan seringkali mencari karyawan yang tidak hanya menguasai teknologi, tetapi juga mampu memanfaatkan teknologi untuk menyelesaikan masalah bisnis.
Selain itu, perkembangan teknologi yang sangat cepat membuat keterampilan digital yang relevan terus berubah, sehingga lulusan baru perlu terus belajar dan beradaptasi.
Solusi dan Langkah ke Depan
Meskipun tantangan yang dihadapi generasi Z dalam memasuki dunia kerja cukup kompleks, terdapat sejumlah solusi yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah ini. Dengan pendekatan yang komprehensif dan kolaboratif, kita dapat membantu generasi muda untuk meraih potensi penuh mereka dan berkontribusi secara signifikan pada dunia kerja.
Pendidikan yang relevan: Institusi pendidikan perlu melakukan penyesuaian kurikulum secara berkala agar lebih relevan dengan kebutuhan industri. Selain mata kuliah akademik, perlu ada penambahan mata kuliah yang fokus pada pengembangan soft skills, seperti komunikasi, kepemimpinan, dan kerja sama tim. Selain itu, perlu juga ada program yang memfasilitasi interaksi antara mahasiswa dengan dunia industri, seperti kunjungan industri, seminar karier, dan program magang.
Program magang: Program magang memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk memperoleh pengalaman kerja yang berharga, membangun jaringan profesional, dan menguji minat serta kemampuan mereka. Perusahaan juga dapat memperoleh manfaat dari program magang, seperti menemukan calon karyawan potensial dan mendapatkan masukan dari generasi muda.
Pengembangan soft skills: Soft skills seperti komunikasi, kepemimpinan, dan kerja sama tim sangat penting untuk sukses dalam dunia kerja. Institusi pendidikan, perusahaan, dan organisasi non-profit dapat bekerja sama untuk menyediakan pelatihan dan program pengembangan soft skills bagi generasi muda.
Mentoring: Mentor yang berpengalaman dapat memberikan bimbingan, dukungan, dan nasihat kepada generasi muda dalam mengembangkan karier mereka. Mentor dapat membantu menumbuhkan kepercayaan diri, memberikan wawasan tentang dunia kerja, dan membantu menavigasi tantangan-tantangan karier.
Fokus pada pengembangan diri: Generasi Z perlu memiliki mindset yang terus belajar dan berkembang. Mereka perlu aktif mencari peluang untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka, baik melalui pendidikan formal maupun informal. Selain itu, penting bagi generasi muda untuk memiliki tujuan karier yang jelas dan membuat rencana pengembangan diri yang realistis.
Tantangan yang dihadapi oleh generasi Z di dunia kerja adalah realita yang harus dihadapi. Namun, dengan pemahaman yang lebih baik tentang masalah ini dan upaya bersama dari semua pihak, generasi muda memiliki potensi besar untuk meraih kesuksesan.