Jakarta, Techtimes Indonesia – Gen Z, yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, kini semakin mendominasi populasi Indonesia.
Dengan jumlah mencapai 79,93 juta jiwa menurut Sensus Penduduk 2020, mereka kini memasuki dunia kerja dan menghadapi berbagai tantangan sosial ekonomi.
Generasi Z telah melampaui jumlah populasi milenial yang tercatat 69,38 juta jiwa. Saat ini, mereka menjadi kelompok usia terbesar di Indonesia dan sudah mulai memengaruhi berbagai sektor, termasuk dunia kerja.
Perbedaan Pandangan Gen Z terhadap Pekerjaan
Dalam memilih pekerjaan, Gen Z memiliki pandangan yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Menurut riset Deloitte 2024, lima faktor utama yang menjadi pertimbangan mereka adalah work-life balance, kesempatan belajar dan berkembang, gaji, budaya kerja positif, dan fleksibilitas jam kerja.
Namun, Aditiyo Indrasanto, seorang career coach, mengingatkan bahwa tidak semua anggota Gen Z memiliki preferensi yang sama.
Beberapa di antaranya tetap memilih pekerjaan yang lebih pasti seperti di kantor, meskipun banyak yang lebih suka bekerja dengan fleksibilitas.
Tren Kerja Fleksibel Tergantung Kondisi Ekonomi
Tren bekerja fleksibel sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global. Aditiyo menjelaskan bahwa ketika ekonomi stabil, pekerjaan fleksibel mungkin akan berkembang.
Namun, ketika krisis ekonomi melanda, banyak orang akan beralih ke pekerjaan yang lebih pasti untuk bertahan hidup.
“Jika ekonomi dunia gonjang-ganjing, mindset kita berubah menjadi ‘harus hidup’. Pada titik ini, mereka akan fight to survive,” tambahnya.
Menyongsong 2025: Pengembangan Diri sebagai Kunci Sukses
Aditiyo berpendapat bahwa tahun 2025 akan menghadirkan tantangan pekerjaan yang lebih kompleks. Oleh karena itu, ia menyarankan agar Gen Z fokus pada self-improvement, yang mencakup peningkatan keterampilan teknis dan non-teknis.
“Soft skill akan sangat krusial. Saya sering melihat orang-orang di bidang teknologi lupa berinteraksi secara nyata dengan orang lain,” jelas Aditiyo.
Selain hard skill, kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan dan belajar hal baru menjadi kunci bagi Gen Z agar tetap relevan di dunia kerja.
Keterampilan yang Perlu Diperhatikan
Aditiyo juga mengingatkan pentingnya keseimbangan antara hard skill dan soft skill. Keunggulan dalam soft skill dapat meningkatkan daya jual keterampilan teknis seseorang di dunia kerja.
Di samping itu, kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan teknologi akan sangat menentukan kesuksesan karier.
“Jangan hanya fokus pada pekerjaan yang nyaman. Rencanakan karier yang lebih menyeluruh, dengan jabatan yang naik dan tanggung jawab yang lebih besar,” ujarnya.
Membangun Karier dengan Tujuan Jangka Panjang
Damar Anggiafitri, psikolog dari Udinus Career Center, menyarankan agar meski bekerja fleksibel menjadi tren, Gen Z tetap perlu memperhatikan jenjang karier.
Menentukan tujuan jangka panjang dan pendek menjadi langkah penting untuk mencapai kesuksesan.
“Misalnya, jika tujuan Anda adalah menjadi manajer atau memiliki perusahaan sendiri, penting untuk tahu apa yang harus dilakukan dan keterampilan yang dibutuhkan,” tutup Anggiafitri.
Gen Z dihadapkan pada tantangan besar, namun dengan persiapan dan pemahaman yang tepat, mereka bisa menciptakan masa depan yang cerah dan penuh peluang.