Techtimes Indonesia
Notifikasi
Kirim Tulisan
  • Indeks
  • Teknologi
  • Bisnis
  • Keuangan
  • Sains
  • Gaya Hidup
  • Kultur
  • InsightNew
SaveBox
  • List Bacaan Saya
  • Penulis yang Diikuti
  • Kategori Favorit
  • 🤩 Trending Topik:
  • PLN
  • Personal Finance
  • PLN UID Banten
  • Keuangan
  • Phones/Tablets/Mobile
  • Apple
  • Books/Movies
  • Investasi
Techtimes IndonesiaTechtimes Indonesia
Font ResizerAa
  • Indeks
  • Teknologi
  • Bisnis
  • Keuangan
  • Sains
  • Gaya Hidup
  • Kultur
  • InsightNew
Cari
  • Ruang Baca
    • Teknologi
    • Gaya Hidup
    • Bisnis
    • Kultur
    • Keuangan
    • Insight
    • Sains
    • Indeks Berita
  • Tentang Kami
    • Tim Editorial
    • Iklan & Partnership
    • Syarat dan Ketentuan
    • Hubungi Kami
    • Kebijakan Privasi
    • Disclaimer
  • SaveBox
    • Bacaan Disimpan
    • Author Favorit

Terkini

Tips Minta Naik Gaji

4 Cara Elegan Minta Naik Gaji dan Promosi Tanpa Drama

21 Mei 2025
modus tagihan palsu

Waspada Modus Tagihan Palsu, Ini Cara Lindungi Diri dari Jebakan Online

21 Mei 2025
Gen Z bekerja profesional di kantor startup

Etos Kerja dan Komunikasi Profesional: Bekal Gen Z Sukses di Dunia Kerja

21 Mei 2025
Layanan Pasang Baru PLN Mobile

PLN Mobile: Terobosan Pasang Baru Listrik Hanya dalam Genggaman, Lebih Cepat!

21 Mei 2025

Call for Writers 🧑🏻‍💻

Tulis gagasanmu dan menginspirasilah bersama Techtimes Indonesia! 💡

Kirim Tulisan
Punya akun di Techtimes Indonesia? Sign In
Stay Connected
  • About Us
  • Advertising & Partnership
  • Terms & Conditions
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Guest Post
  • Contact
© 2025 Techtimes Indonesia. All rights reserved.
Insight

Senjakala Televisi di Era Digital: 7 Fakta Kenapa TV Tak Lagi Jadi Pilihan

Senjakala televisi semakin nyata. Dari kabar PHK massal hingga pamitnya stasiun TV, era baru konsumsi informasi menantang eksistensi TV konvensional.

Publikasi: Selasa, 6 Mei 2025
Oleh:
Ammar Fahri
Tentang:Ammar Fahri
Wellness & Trends Enthusiast
Saya percaya gaya hidup bukan hanya soal tren, tapi keseimbangan. Saya menulis tentang hidup yang mindful, sehat, dan tetap autentik di tengah distraksi digital.
Follow:
- Wellness & Trends Enthusiast
Share
3 Menit
Senjakala Televisi
Dulu, televisi adalah raja informasi dan hiburan. Tapi sekarang, posisi itu perlahan digeser oleh media digital.
Navigasi Konten
Disrupsi Digital: Saat Televisi Tak Lagi Jadi Pilihan UtamaPerubahan Gaya Hidup: Mobilitas Tinggi, Konten Serba CepatSenjakala Televisi, Saat TV Kehilangan Daya TarikModel Bisnis TV yang StagnanBerbagai TV Nasional Mulai Rebranding atau Mundur PerlahanAkankah Televisi Hilang Sepenuhnya?Peluang Kolaborasi: TV dan Digital Tak Harus BersaingEra Baru Butuh Adaptasi Baru

Techtimes Indonesia – Desember lalu, kabar mengejutkan datang dari industri pertelevisian nasional. ANTV dikabarkan telah memutus hubungan kerja dengan seluruh tim produksinya.

Hingga kini, belum ada keterangan resmi dari pihak stasiun televisi tersebut. Belum reda isu itu, giliran Net TV yang disebut telah diakuisisi oleh konglomerat digital, dan terbaru, iNews TV secara resmi pamit dari siaran terestrial.

Fenomena ini menandai apa yang banyak disebut sebagai senjakala televisi.

Disrupsi Digital: Saat Televisi Tak Lagi Jadi Pilihan Utama

Dulu, televisi adalah raja informasi dan hiburan. Tapi sekarang, posisi itu perlahan digeser oleh media digital.

Kehadiran YouTube, TikTok, dan berbagai layanan streaming seperti Netflix atau Vidio, membuat banyak orang—khususnya generasi muda—lebih memilih menonton apa yang mereka suka kapan pun mereka mau.

Kamu tak perlu lagi menunggu jam tayang sinetron atau acara favorit. Cukup buka aplikasi, dan semua tersedia.

Inilah bentuk nyata dari disrupsi digital, di mana kebiasaan konsumsi konten berubah drastis hanya dalam waktu beberapa tahun.

Perubahan Gaya Hidup: Mobilitas Tinggi, Konten Serba Cepat

Selain faktor teknologi, gaya hidup masyarakat juga berubah. Banyak orang kini memiliki mobilitas tinggi dan waktu luang yang lebih terbatas.

Dalam kondisi ini, konten pendek, ringan, dan instan menjadi primadona. Inilah yang membuat televisi dengan format panjang dan jadwal tetap terasa kurang fleksibel.

Misalnya, saat kamu sedang menunggu antrean atau di perjalanan, kamu bisa menonton konten di ponselmu dengan mudah.

Bandingkan dengan TV konvensional yang butuh perangkat dan waktu khusus untuk menonton.

Senjakala Televisi, Saat TV Kehilangan Daya Tarik

Salah satu tantangan besar televisi hari ini adalah kehilangan relevansi di mata generasi muda.

Menurut riset We Are Social, persentase penonton televisi dari kalangan Gen Z terus menurun tiap tahun.

Mereka lebih aktif di platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube yang memungkinkan interaksi dua arah dan personalisasi.

Generasi muda tak hanya ingin menonton, mereka juga ingin engage—berinteraksi, memberi komentar, bahkan ikut membuat konten.

Senjakala Televisi
TV makin ditinggalkan.

Model Bisnis TV yang Stagnan

Selain perubahan preferensi audiens, model bisnis televisi konvensional juga dinilai tidak lagi adaptif.

Pendapatan iklan yang dulu jadi tulang punggung kini tergerus oleh iklan digital yang lebih terukur dan tepat sasaran.

Brand-brand besar mulai mengalihkan budget iklannya ke platform seperti Google Ads atau Instagram Ads yang memiliki targeting lebih spesifik.

Hal ini tentu memengaruhi pendapatan stasiun televisi dan berujung pada efisiensi besar-besaran, termasuk PHK.

Berbagai TV Nasional Mulai Rebranding atau Mundur Perlahan

Net TV yang sempat hadir sebagai televisi urban-friendly kini diisukan telah diambil alih.

Sementara itu, iNews TV, yang dikenal sebagai TV berita milik grup MNC, resmi mengakhiri siaran digitalnya.

Perubahan besar juga terjadi di stasiun lain seperti RTV dan Trans7 yang mulai mengandalkan tayangan ulang atau konten daur ulang dari platform digital.

Ini bisa dibaca sebagai upaya bertahan dalam menghadapi perubahan besar.

Akankah Televisi Hilang Sepenuhnya?

Belum tentu. Televisi mungkin tidak akan benar-benar hilang, tapi fungsinya akan berubah.

Ia mungkin akan beralih dari media massa utama menjadi media pelengkap. Bahkan kini, beberapa stasiun TV mulai menyesuaikan diri dengan mengembangkan platform digitalnya sendiri, seperti RCTI+ dan Vidio milik Emtek Group.

Mereka juga mulai menyasar segmen pasar yang belum tersentuh internet, seperti masyarakat pedesaan atau generasi tua yang masih loyal pada TV konvensional.

Senjakala Televisi
Riset We Are Social menyebut, Gen Z lebih aktif di platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube yang memungkinkan interaksi dua arah dan personalisasi.

Peluang Kolaborasi: TV dan Digital Tak Harus Bersaing

Daripada terus bersaing, justru ada peluang besar bila televisi konvensional mau berkolaborasi dengan platform digital.

Salah satu contohnya adalah dengan membuat content repurposing—tayangan TV yang diedit ulang untuk format YouTube Shorts atau TikTok.

Beberapa program seperti Tonight Show milik NET atau Lapor Pak! dari Trans7 terbukti mampu mendulang jutaan views di YouTube.

Ini menunjukkan bahwa konten televisi masih bisa relevan, asalkan disesuaikan dengan karakteristik audiens digital.

- Advertisement -
Ad imageAd image

Era Baru Butuh Adaptasi Baru

Senjakala televisi bukan berarti akhir dari segalanya, melainkan sinyal untuk berubah.

Stasiun TV yang mampu beradaptasi dengan pola konsumsi baru dan gaya hidup digital masih punya peluang untuk bertahan—bahkan berkembang.

Kamu yang ingin terjun ke industri media juga perlu memahami bahwa masa depan informasi adalah lintas platform, interaktif, dan berbasis preferensi personal.

Bukan lagi siapa yang punya antena paling tinggi, tapi siapa yang paling bisa nyambung dengan audiensnya.

Adaptasi ini bisa dimulai dari mengubah cara berpikir. Industri media tidak lagi cukup hanya memproduksi konten berkualitas, tetapi juga harus tahu bagaimana distribusinya bekerja di ekosistem digital.

Mulai dari memahami algoritma media sosial, mengoptimalkan SEO, hingga memanfaatkan data analytics untuk memahami pola perilaku penonton, semuanya menjadi bagian penting dalam strategi bertahan.

Lebih dari itu, industri televisi juga harus membuka diri terhadap kolaborasi lintas industri.

Bekerja sama dengan kreator konten independen, startup teknologi, hingga komunitas digital bisa menjadi jalan baru untuk memperluas jangkauan sekaligus membangun relevansi.

Adaptasi bukan hanya soal bertahan, tapi juga tentang keberanian untuk mencoba hal-hal baru dan merangkul perubahan yang tak terhindarkan.

TAGGED:Disrupsi DigitalDistrupsi TeknologiSenjakala TelevisiTV
Share tulisan ini, yuk!
Facebook Whatsapp Whatsapp LinkedIn Threads Copy link
Tentang:Ammar Fahri
Wellness & Trends Enthusiast
Follow:

Saya percaya gaya hidup bukan hanya soal tren, tapi keseimbangan. Saya menulis tentang hidup yang mindful, sehat, dan tetap autentik di tengah distraksi digital.

Tulisan Sebelumnya 👈 pemulihan listrik Bali. Pemulihan Listrik Bali Tuntas Kurang dari 12 Jam: PLN Pastikan Sistem Kembali Normal
👉 Tulisan Selanjutnya Android tanpa Google Raksasa Smartphone Tiongkok Siapkan Android Tanpa Google, Ancaman Baru untuk Pasar Global?
Apa Komentarmu? Apa Komentarmu?

Silakan login untuk meninggalkan komentar:

Login dengan Google Login dengan X

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Kamu juga bisa login atau bikin akun di sini.

Komentari lewat Facebook

- Advertisement -
Ad imageAd image

Terkini

Tips Minta Naik Gaji
KeuanganGaya Hidup

4 Cara Elegan Minta Naik Gaji dan Promosi Tanpa Drama

21 Mei 2025
modus tagihan palsu
TeknologiKeuangan

Waspada Modus Tagihan Palsu, Ini Cara Lindungi Diri dari Jebakan Online

21 Mei 2025
Gen Z bekerja profesional di kantor startup
Insight

Etos Kerja dan Komunikasi Profesional: Bekal Gen Z Sukses di Dunia Kerja

21 Mei 2025
Layanan Pasang Baru PLN Mobile
Bisnis

PLN Mobile: Terobosan Pasang Baru Listrik Hanya dalam Genggaman, Lebih Cepat!

21 Mei 2025
Kenapa menabung saja tak cukup di tengah inflasi, pentingnya mulai investasi sejak muda
Keuangan

Kenapa Menabung Saja Tak Cukup? Ini Alasan Kamu Harus Mulai Investasi

19 Mei 2025

Ruang Baca

- Advertisement -
Ad imageAd image
Techtimes Indonesia
Facebook X-twitter Instagram Threads Whatsapp

Techtimes Indonesia hadir sebagai media alternatif yang fokus mengabarkan inovasi dan perkembangan terkini di bidang teknologi, bisnis, keuangan, serta tantangan yang kita hadapi setiap hari. Kami menganalisis bagaimana bisnis dan teknologi saling bersinggungan, mempengaruhi, dan memberikan dampak pada berbagai lini kehidupan untuk mewujudkan transformasi budaya di dunia yang semakin saling terhubung ini.

Ad image
  • Tentang Kami
  • Iklan & Partnership
  • Syarat dan Ketentuan
  • Kebijakan Privasi
  • Disclaimer
  • Jadi PenulisNew
  • Kontak
  • Teknologi
  • Bisnis
  • Keuangan
  • Sains
  • Gaya Hidup
  • Kultur
  • Insight
  • About Us
  • Advertising & Partnership
  • Terms & Conditions
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Guest Post
  • Contact

© 2025 Techtimes Indonesia. All rights reserved.