Techtimes Indonesia – Bayangkan seseorang bisa berada di dua tempat sekaligus. Kedengarannya mustahil, tapi kisah seperti ini sudah lama hidup dalam cerita para wali dan tokoh spiritual di berbagai budaya.
Di sisi lain, fisika modern mengenal fenomena serupa melalui konsep superposisi kuantum, sebuah teori aneh namun terbukti nyata di dunia subatomik.
Apakah mungkin dua dunia ini saling terkait?
Apa Itu Superposisi Kuantum?
Dalam fisika kuantum, superposisi merujuk pada kondisi ketika sebuah partikel bisa berada dalam dua keadaan berbeda pada saat yang bersamaan—sampai seseorang mengamati atau mengukurnya.
Contohnya, elektron bisa berada di dua posisi orbit dalam satu waktu.
Konsep ini melahirkan eksperimen pikiran paling terkenal di dunia fisika: Kucing Schrödinger—seekor kucing dalam kotak yang secara teoritis hidup dan mati pada saat yang sama sampai kita membuka kotaknya.

Karomah Wali: Dari Tradisi Nusantara hingga Dunia Islam
Dalam dunia spiritual, khususnya tradisi Islam dan budaya pesantren di Indonesia, karomah merupakan istilah untuk kejadian luar biasa yang diberikan Allah kepada para wali-Nya sebagai bentuk keistimewaan karena ketakwaan dan kedekatan mereka dengan Sang Pencipta.
Beberapa kisah karomah paling dikenal adalah:
1. Syekh Abdul Qadir al-Jailani
Dikenal sebagai pemuka tarekat Qadiriyah, beliau dikisahkan bisa muncul di dua tempat berbeda secara bersamaan—berdakwah di Baghdad sambil terlihat juga di tempat lain membantu murid atau umatnya.
2. Sunan Kalijaga
Dalam tradisi pesantren Jawa, Sunan Kalijaga sering diceritakan memiliki kemampuan untuk “hadir” dalam dua majelis sekaligus.
Salah satu kisah populer menyebutkan beliau bisa memberi wejangan di satu pondok sambil mendampingi acara kerajaan.
3. KH. Abdul Karim (Pendiri Ponpes Lirboyo)
Di kalangan santri Lirboyo, ada kisah turun-temurun bahwa Mbah Karim pernah muncul di dua lokasi dalam satu waktu: satu di pesantren, satu lagi mendampingi santri yang sedang dalam perjalanan berat.
4. Wali di Maroko dan Mesir
Di kawasan Maghribi, ada cerita tentang wali yang hadir di masjid untuk shalat Jumat, sementara dalam waktu yang sama menyelamatkan seseorang yang sedang tenggelam di sungai.
Apakah Karomah Itu Superposisi Kuantum?
Secara ilmiah, belum ada bukti atau teori yang bisa menjelaskan bahwa tubuh manusia dapat mengalami superposisi seperti partikel kuantum.
Mekanika kuantum berlaku pada skala mikroskopik—atom, elektron, foton—bukan tubuh manusia yang kompleks dan besar.
Namun, analogi ini membuat banyak orang tertarik. Kalau partikel bisa “berada di dua tempat”, mungkinkah ada hukum alam yang belum kita pahami sepenuhnya, yang memungkinkan fenomena spiritual semacam itu?
Beberapa ilmuwan seperti Roger Penrose dan Stuart Hameroff bahkan berspekulasi bahwa kesadaran manusia mungkin melibatkan proses kuantum di dalam otak, meski hal ini masih menjadi perdebatan panjang di komunitas ilmiah.
Ilmu Tak Selalu Harus Menyanggah Iman
Sains dan spiritualitas sering diposisikan seolah bertentangan. Tapi dalam kasus seperti ini, justru bisa saling memperkaya.
Superposisi kuantum bisa menjadi jembatan untuk memahami bahwa alam semesta menyimpan banyak misteri.
Apa yang dulu dianggap mustahil, sekarang terbukti lewat ilmu. Begitu pula sebaliknya—bisa jadi apa yang belum bisa dijelaskan hari ini, suatu saat akan terungkap.
Mengapa Kisah-kisah Ini Relevan?
Karomah bukan sekadar cerita. Bagi sebagian orang, itu adalah sumber inspirasi, harapan, dan kekuatan iman.
Sedangkan bagi ilmuwan, fenomena seperti ini bisa jadi pemicu untuk terus mengeksplorasi batas-batas realitas.
Dengan memperingati Superposisi Kuantum Sedunia, kita juga bisa mengingat bahwa ilmu pengetahuan tidak selalu memberikan jawaban, tapi juga membuka lebih banyak pertanyaan.
Ruang Pertemuan Antara Zikir dan Mikroskop
Di satu sisi, kita punya teori superposisi yang menunjukkan bahwa alam semesta jauh lebih “ajaib” daripada yang terlihat.
Di sisi lain, kita punya kisah para wali yang menunjukkan bahwa hidup bukan hanya soal logika dan materi.
Mungkin, di antara keduanya, ada ruang kosong yang masih menunggu untuk dijelajahi—oleh pengetahuan, pengalaman, dan pencarian spiritual.