Guru memainkan peran sangat penting dalam pendidikan bangsa. Namun, meski memiliki tugas mulia, banyak guru di Indonesia yang menghadapi masalah finansial yang serius.
Salah satu solusi yang mulai banyak dibicarakan adalah pentingnya literasi finansial. Guru perlu dilengkapi dengan pengetahuan yang cukup tentang cara mengelola keuangan agar dapat membuat keputusan finansial yang bijak dan terhindar dari masalah seperti utang yang menumpuk.
“Guru berdaya tidak hanya mampu mengelola uang yang didapat dari gaji bulanan tapi bisa menambah pemasukan lewat karir protean atau mengembangan karir melalui inisiatif dan kendali pribadi,” kata Ketua Kampus Pemimpin Merdeka unit pelaksana dari Guru Belajar Foundation (GBF), Rizqy Rahmat Hani, di sela Festival Media Literasi Finansial dan Karier Protean (FESTIFIN) secara daring belum lama ini.
FESTIFIN adalah perayaan belajar peserta program Guru Kreatif Cerdas Finansial (GKCF) yang bertujuan mendukung pemberdayaan guru melalui peningkatan kompetensi literasi finansial dan pengembangan karier berhasil menggaet lebih dari 1.500 peserta aktif.
“Selain menambah pemasukan, karier protean meningkatkan kepuasan kerja, mendorong pengembangan diri, serta memberikan fleksibilitas bagi guru untuk berkontribusi lebih sesuai minat mereka tapi masih sejalan dengan kehidupan belajar dan mengajar di kelas,” katanya.
Tingkat Kesejahteraan Guru di Indonesia
Berdasarkan data yang ada, kesejahteraan guru di Indonesia masih menjadi masalah serius. Gaji pokok guru di Indonesia bervariasi, tergantung pada status dan masa kerja mereka. Untuk guru honorer, gaji mereka bisa sangat rendah, sering kali tidak lebih dari Rp 1 juta per bulan.
Sementara guru yang sudah menjadi ASN (Aparatur Sipil Negara) atau PNS mungkin mendapatkan gaji pokok sekitar Rp 3 juta hingga Rp 5 juta per bulan. Meskipun ada tunjangan, jumlahnya pun belum cukup signifikan untuk mencukupi kebutuhan hidup, apalagi untuk menabung atau investasi.
Mengelola Keuangan dengan Bijak
Literasi finansial adalah salah satu cara yang bisa membantu guru untuk lebih bijak dalam mengelola uang mereka. Pelatihan literasi finansial akan mengajarkan guru cara menyusun anggaran, memprioritaskan pengeluaran, serta mengenal produk keuangan yang aman dan menguntungkan.
Dengan pemahaman ini, guru bisa lebih cerdas dalam mengelola penghasilan mereka, menghindari utang yang tidak terkendali, dan merencanakan keuangan jangka panjang.
Tantangan Guru dalam Mengelola Keuangan
Dalam acara yang diinisiasi PT Bank SMBC Indonesia Tbk dan Guru Belajar Foundation (GBF) ini, Tamsiruddin, guru UPTD SMP Negeri 1 Parepare, narasumber FESTIFIN, mengungkapkan, pentingnya guru memiliki kemampuan literasi finansial.
Menurutnya, salah satu penyebabnya adalah kurangnya pengelolaan keuangan yang bijak sehingga masih terjebak cicilan non produktif. Dan parahnya tidak sedikit guru yang berakhir terjerat hutang pinjaman online ilegal.
Selain gaji yang rendah, banyak guru juga menghadapi masalah dengan utang. Kehidupan yang semakin mahal dan kebutuhan yang terus meningkat membuat banyak guru tergoda untuk meminjam uang melalui pinjol, yang sering kali menawarkan pinjaman cepat namun dengan bunga yang sangat tinggi.
Tanpa pengetahuan yang cukup, banyak yang akhirnya terjerat dalam lingkaran utang yang tak terbayar. Beberapa guru bahkan terjebak dalam praktik judi online sebagai jalan keluar finansial yang salah, yang bisa merusak kehidupan mereka.
Salah satu hal yang perlu disadari adalah bahwa meskipun profesi guru sangat dihormati, mereka juga rentan terhadap masalah finansial. Banyak guru tidak memiliki pengetahuan dasar mengenai manajemen keuangan pribadi, sehingga membuat keputusan yang buruk tanpa menyadari akibatnya di masa depan.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) DIY menyebut guru menjadi salah satu sasaran utama literasi keuangan. Pasalnya, pengakses pinjaman online (pinjol) baik legal dan ilegal paling tinggi berasal dari profesi guru. Angkanya, menurut mereka, secara nasional mencapai 42%.
Pentingnya Peran Pemerintah dan Lembaga Keuangan
Kepala OJK DIY, Eko Yunianto mengatakan ada banyak program untuk mendorong literasi di lembaga pendidikan. Salah satunya OJK punya buku panduan literasi keuangan mulai dari tingkat TK sampai mahasiswa. Literasi terus diberikan kepada mahasiswa dan pelajar, di dalamnya beririsan dengan guru. “42 persen data secara nasional, guru yang mengakses pinjol baik legal dan ilegal,” ucapnya, Senin (25/11/2024).
Guru yang cerdas dalam mengelola keuangan akan lebih produktif, dan yang lebih penting, mereka dapat menjadi contoh yang baik bagi murid-muridnya dalam hal pengelolaan keuangan pribadi. Dengan demikian, literasi finansial bukan hanya penting bagi guru, tetapi juga untuk menciptakan masa depan keuangan yang lebih baik bagi generasi mendatang.