Techtimes Indonesia — Bagi banyak negara, perayaan Tahun Baru Masehi adalah momen istimewa untuk berkumpul, berpesta, dan merayakan awal yang baru. Namun, ada beberapa negara yang tidak merayakan Tahun Baru Masehi seperti yang kita kenal.
Mengapa demikian? Faktor budaya, agama, dan sejarah menjadi alasan utama di balik keputusan tersebut. Berikut adalah beberapa negara yang tidak menjadikan Tahun Baru Masehi sebagai perayaan besar dan alasannya.
Arab Saudi
Sebagai negara yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai Islam, Arab Saudi tidak merayakan Tahun Baru Masehi. Kalender resmi yang digunakan di Arab Saudi adalah kalender Hijriyah, yang berdasarkan perhitungan bulan.
Perayaan Tahun Baru Masehi dianggap tidak relevan dengan tradisi Islam. Selain itu, acara-acara yang terkait dengan hiburan atau perayaan yang dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai agama sering kali tidak diizinkan secara resmi.
Namun, meskipun demikian, sejumlah kecil komunitas ekspatriat mungkin mengadakan perayaan pribadi di rumah atau tempat tertutup.
Iran
Di Iran, kalender yang digunakan adalah kalender Persia atau kalender Hijriyah Syamsiah. Tahun Baru di Iran dirayakan pada momen yang disebut Nowruz, yang jatuh pada awal musim semi, sekitar tanggal 20 atau 21 Maret.
Nowruz memiliki makna budaya dan spiritual yang mendalam bagi masyarakat Iran. Oleh karena itu, Tahun Baru Masehi tidak memiliki tempat yang signifikan dalam budaya mereka, meskipun beberapa komunitas Kristen di negara ini mungkin merayakannya secara sederhana.
Korea Utara
Korea Utara tidak secara terbuka merayakan Tahun Baru Masehi seperti yang dilakukan di banyak negara lain. Kalender yang digunakan di Korea Utara lebih menonjolkan penanggalan berdasarkan kelahiran Kim Il-sung, pendiri negara.
Meskipun 1 Januari tetap menjadi hari libur nasional, perayaan yang terkait dengan Tahun Baru Masehi tidak diadakan secara besar-besaran.
Sebaliknya, hari tersebut biasanya digunakan untuk menyampaikan pidato pemimpin negara yang berisi panduan untuk tahun mendatang.
Nepal
Nepal menggunakan kalender Vikram Samvat sebagai kalender nasional mereka, yang berbeda dari kalender Gregorian. Tahun Baru nasional di Nepal biasanya dirayakan pada pertengahan April, sesuai dengan penanggalan lokal.
Meskipun masyarakat Nepal yang tinggal di kota besar seperti Kathmandu mungkin mengadopsi perayaan Tahun Baru Masehi, secara budaya, perayaan ini tidak dianggap penting.
Israel
Israel memiliki kalender Yahudi sebagai penanggalan resmi. Tahun Baru dalam tradisi Yahudi disebut Rosh Hashanah, yang dirayakan pada bulan Tishrei, biasanya jatuh pada bulan September atau Oktober menurut kalender Gregorian.
Tahun Baru Masehi tidak memiliki relevansi budaya atau agama bagi mayoritas masyarakat Israel. Namun, di kota-kota besar seperti Tel Aviv atau Yerusalem, komunitas ekspatriat dan minoritas non-Yahudi mungkin tetap merayakan Tahun Baru Masehi secara pribadi.
Mengapa Tidak Merayakan?
Ada beberapa alasan utama mengapa negara-negara ini tidak merayakan Tahun Baru Masehi:
- Penanggalan Berbeda Sebagian besar negara yang disebutkan memiliki sistem kalender sendiri yang lebih sesuai dengan tradisi budaya atau agama mereka. Kalender Gregorian, yang menjadi dasar Tahun Baru Masehi, dianggap bukan bagian dari identitas nasional mereka.
- Keyakinan Agama Bagi beberapa negara seperti Arab Saudi atau Iran, nilai-nilai agama menjadi panduan utama dalam menentukan hari-hari besar yang dirayakan. Perayaan yang dianggap tidak sejalan dengan keyakinan agama tidak diberi tempat dalam kehidupan publik.
- Fokus pada Tradisi Lokal Negara-negara seperti Nepal dan Iran lebih memilih untuk merayakan tahun baru mereka sendiri, yang memiliki akar tradisi lokal yang kuat. Hal ini menjadi cara mereka untuk melestarikan identitas budaya.
Apakah Ada Perayaan Alternatif?
Meskipun tidak merayakan Tahun Baru Masehi, banyak negara tersebut memiliki tradisi tahun baru mereka sendiri yang tak kalah meriah. Contohnya adalah Nowruz di Iran, Songkran di Thailand (meskipun Thailand juga merayakan Tahun Baru Masehi), dan Rosh Hashanah di Israel.
Perayaan ini biasanya lebih bermakna bagi masyarakat setempat karena mencerminkan nilai-nilai budaya dan kepercayaan mereka.
Tahun Baru Masehi memang merupakan perayaan global, tetapi tidak semua negara menjadikannya sebagai momen besar. Hal ini menunjukkan betapa kayanya keanekaragaman budaya dan tradisi di dunia.
Dengan memahami alasan di balik keputusan ini, kita dapat lebih menghargai perbedaan dan belajar dari kebiasaan unik setiap bangsa.