Techtimes Indonesia
Notifikasi
Kirim Tulisan
  • Indeks
  • Teknologi
  • Bisnis
  • Keuangan
  • Sains
  • Gaya Hidup
  • Kultur
  • InsightNew
SaveBox
  • List Bacaan Saya
  • Penulis yang Diikuti
  • Kategori Favorit
  • 🤩 Trending Topik:
  • PLN
  • Personal Finance
  • Keuangan
  • PLN UID Banten
  • Phones/Tablets/Mobile
  • Apple
  • AI
  • Investasi
Techtimes IndonesiaTechtimes Indonesia
Font ResizerAa
  • Indeks
  • Teknologi
  • Bisnis
  • Keuangan
  • Sains
  • Gaya Hidup
  • Kultur
  • InsightNew
Cari
  • Ruang Baca
    • Teknologi
    • Gaya Hidup
    • Bisnis
    • Kultur
    • Keuangan
    • Insight
    • Sains
    • Indeks Berita
  • Tentang Kami
    • Tim Editorial
    • Iklan & Partnership
    • Syarat dan Ketentuan
    • Hubungi Kami
    • Kebijakan Privasi
    • Disclaimer
  • SaveBox
    • Bacaan Disimpan
    • Author Favorit

Terkini

WhatsApp di iPad

Cara Download WhatsApp di iPad Resmi & Aman – Panduan Lengkap!

31 Mei 2025
Transfer eSIM ke Android

Inovasi Apple 2025, iOS 19 Hadirkan Fitur Transfer eSIM ke Android Tanpa Ribet

31 Mei 2025
borobudur

Macron Sentuh Stupa Borobudur, Ini Makna Mitos Kunto Bimo

31 Mei 2025
Penyalaan Listrik Serentak PLN UID Banten

PLN Lakukan Penyalaan Listrik Serentak untuk 1.000 Pelanggan di Banten

31 Mei 2025

Call for Writers 🧑🏻‍💻

Tulis gagasanmu dan menginspirasilah bersama Techtimes Indonesia! 💡

Kirim Tulisan
Punya akun di Techtimes Indonesia? Sign In
Stay Connected
  • About Us
  • Advertising & Partnership
  • Terms & Conditions
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Guest Post
  • Contact
© 2025 Techtimes Indonesia. All rights reserved.
Kultur

Dire Wolf Bangkit Lagi: Terobosan Genetik atau Bahaya Baru bagi Alam?

Ilmuwan hidupkan kembali dire wolf dengan teknologi genetik. Apakah ini prestasi atau ancaman baru bagi keseimbangan alam?

Publikasi: Kamis, 10 April 2025
Oleh:
Arden Gustav
Tentang:Arden Gustav
Cultural Curator Enthusiast
Saya mengeksplorasi budaya yang membentuk perspektif kita. Dari musik, film, hingga tren lokal, saya menulis dengan pendekatan reflektif dan santai.
Follow:
- Cultural Curator Enthusiast
Share
2 Menit
Dire Wolf
Colossal Biosciences mengklaim tiga anak anjing yang lahir baru-baru ini adalah serigala yang mengerikan, tetapi mereka sebenarnya adalah serigala abu-abu dengan suntingan genetik yang dimaksudkan untuk membuat mereka menyerupai spesies yang punah.
Navigasi Konten
Serigala Kuno, Teknologi MutakhirDari Keajaiban ke KekhawatiranAntara Solusi Iklim dan Ego SainsMenuju Masa Depan: Sains dengan Pertimbangan Etika

Techtimes Indonesia – Bayangkan spesies yang telah punah ribuan tahun lalu kini bisa berjalan kembali di bumi—berkat sains.

Ini bukan premis film fiksi ilmiah, melainkan kenyataan yang diumumkan oleh Colossal Biosciences, perusahaan bioteknologi asal Amerika Serikat, yang mengklaim berhasil menghadirkan kembali dire wolf, serigala purba legendaris dari Zaman Es.

Proyek ambisius ini membuka babak baru dalam dunia teknologi dan sains, namun juga memunculkan dilema besar soal etika dan konservasi.

Serigala Kuno, Teknologi Mutakhir

Dire wolf atau Aenocyon dirus adalah predator besar yang punah lebih dari 10.000 tahun lalu. Fosilnya ditemukan di seluruh Amerika Utara, dan telah lama menjadi simbol kekuatan alam liar.

Lewat penggabungan teknologi rekayasa genetik, DNA purba, dan kloning sel, tim ilmuwan Colossal berhasil melahirkan tiga anak dire wolf modern yang dikembangkan dari sel serigala abu-abu yang telah diedit secara genetik menggunakan CRISPR.

Mereka mengambil DNA dari fosil gigi dan tengkorak dire wolf berusia ribuan tahun, dan mengidentifikasi gen-gen kunci yang membedakan dire wolf dari serigala masa kini.

Baca Juga:  Macron Sentuh Stupa Borobudur, Ini Makna Mitos Kunto Bimo

Hasilnya, mereka menciptakan “salinan fungsional” dari spesies yang telah lama punah. Anak-anak serigala itu kini hidup dalam pengawasan ketat di fasilitas konservasi seluas 2.000 hektar.

Dari Keajaiban ke Kekhawatiran

Di balik prestasi ilmiah yang mencengangkan ini, muncul pertanyaan penting: apakah manusia seharusnya menghidupkan kembali hewan yang sudah punah?

Beberapa ilmuwan dan bioetikus mengingatkan bahwa “de-extinction” bukan tanpa risiko. Hewan-hewan yang lahir melalui proses ini tidak hanya membawa gen purba, tetapi juga masuk ke dunia yang sudah berubah drastis sejak mereka terakhir hidup.

Ekosistem masa kini mungkin tidak lagi cocok untuk mereka, dan intervensi seperti ini bisa menciptakan ketidakseimbangan baru.

Jangan Lewatkan

Ghost MCU dengan efek kuantum menembus dinding, konsep sains Bose-Einstein Condensate.
Menembus Benda Padat: Apakah Ghost di MCU Mungkin di Dunia Nyata?
Menurut ilmu neuropsikologi, perasaan seperti syukur dan cinta dapat mengaktifkan bagian otak yang berhubungan dengan ketenangan dan motivasi.
Tubuhmu, Frekuensimu: Sebuah Latihan untuk Mendekat pada Kejernihan
Program Pendanaan Hilirisasi Riset-Pengujian Model & Prototipe Tahun 2025 diluncurkan untuk mendukung riset inovatif yang dapat diterapkan langsung dalam dunia industri dan masyarakat.
Program Pendanaan Hilirisasi Riset 2025: Menyongsong Inovasi Berkelanjutan untuk Indonesia

Dalam konteks teknologi bisnis, proyek ini juga menimbulkan kekhawatiran soal komersialisasi spesies punah. Apakah di masa depan kita akan melihat perusahaan swasta menjual akses terhadap hewan-hewan hasil kloning seperti atraksi sirkus modern?

Antara Solusi Iklim dan Ego Sains

Colossal sendiri mengklaim bahwa teknologi ini akan berguna untuk memulihkan spesies yang punah akibat ulah manusia dan memperbaiki ekosistem.

Baca Juga:  'Kisah Tanpa Jeda': Mini Album Perdana Aan Doang Siap Gebrak Industri Musik

Mereka sebelumnya mengumumkan rencana untuk membangkitkan mammoth berbulu demi membantu menghidupkan kembali padang rumput tundra yang rusak akibat perubahan iklim.

Namun sejumlah ahli menyebutkan bahwa de-extinction bisa menjadi distraksi dari upaya konservasi nyata. “Mengapa kita tidak fokus menyelamatkan spesies yang masih ada, daripada mencoba menghidupkan kembali yang sudah tiada?” ujar seorang ekolog dari Cornell University dalam wawancara dengan Nature.

Menuju Masa Depan: Sains dengan Pertimbangan Etika

Tidak bisa dipungkiri bahwa keberhasilan membangkitkan dire wolf adalah prestasi luar biasa dari sisi teknis. Namun pertanyaan besarnya adalah untuk siapa dan demi apa teknologi ini dikembangkan?

- Advertisement -
Ad imageAd image

Di tengah krisis iklim, kepunahan massal, dan konflik etika dalam bioteknologi, dunia perlu mengatur ulang prioritas.

Bukan berarti de-extinction sepenuhnya salah, tapi mungkin waktunya kita bertanya: Apakah kita melakukannya karena bisa, atau karena benar-benar perlu?

TAGGED:Dire WolfSains
Share tulisan ini, yuk!
Facebook Whatsapp Whatsapp LinkedIn Threads Copy link
Tentang:Arden Gustav
Cultural Curator Enthusiast
Follow:

Saya mengeksplorasi budaya yang membentuk perspektif kita. Dari musik, film, hingga tren lokal, saya menulis dengan pendekatan reflektif dan santai.

Tulisan Sebelumnya 👈 dire wolf Mengenal Dire Wolf, Serigala Sangar yang Terkenal dalam Game of Thrones
👉 Tulisan Selanjutnya Edit Foto Ala Ghibli Tren Edit Foto Ala Ghibli: Antara Teknologi dan Etika Hak Cipta
Apa Komentarmu? Apa Komentarmu?

Silakan login untuk meninggalkan komentar:

Login dengan Google Login dengan X

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Kamu juga bisa login atau bikin akun di sini.

Komentari lewat Facebook

- Advertisement -
Ad imageAd image

Terkini

WhatsApp di iPad
Teknologi

Cara Download WhatsApp di iPad Resmi & Aman – Panduan Lengkap!

31 Mei 2025
Transfer eSIM ke Android
Teknologi

Inovasi Apple 2025, iOS 19 Hadirkan Fitur Transfer eSIM ke Android Tanpa Ribet

31 Mei 2025
borobudur
Kultur

Macron Sentuh Stupa Borobudur, Ini Makna Mitos Kunto Bimo

31 Mei 2025
Penyalaan Listrik Serentak PLN UID Banten
Bisnis

PLN Lakukan Penyalaan Listrik Serentak untuk 1.000 Pelanggan di Banten

31 Mei 2025
Pasokan Listrik Andal
Bisnis

PLN Pastikan Pasokan Listrik Andal di Pelantikan Bupati Serang 2025–2030

31 Mei 2025

Ruang Baca

- Advertisement -
Ad imageAd image

Bacaan Pilihan untuk Kamu

Program Listrik Desa

Program Listrik Desa: PLN Targetkan 780 Ribu Rumah Terlistriki di 2025–2029

Aira Safeeya
Bisnis
31 Mei 2025
Panorama hamparan panel surya ini adalah wujud nyata komitmen PLN dalam RUPTL 2025-2034. Dengan target 76% Energi Baru Terbarukan (EBT), PLN serius mengakselerasi transisi energi hijau di Indonesia.

PLN RUPTL 2025-2034: Terhijau Sepanjang Sejarah dengan 76% EBT, Siap Cetak NZE!

Aira Safeeya
Bisnis
29 Mei 2025
PHK massal

PHK Massal di 2025: Tanda Bahaya dan 5 Skill Wajib Biar Karier Nggak Tamat

Ruddi Nefid
Bisnis Gaya Hidup Insight
28 Mei 2025
RUPTL PLN 2025-2034

PLN RUPTL 2025-2034: Gebrak Investasi Triliunan dan Lahirkan 1,7 Juta Green Jobs

Aira Safeeya
Bisnis
28 Mei 2025
Srikandi Goes to Campus

Srikandi Goes to Campus: Mahasiswa Cerdas Siap Berdaya di Sektor Energi!

Aira Safeeya
Bisnis
28 Mei 2025
Vikram-Indosat-Techtimes Indonesia

Vikram Sinha, Arsitek di Balik Transformasi Indosat Menuju Raksasa AI TechCo

Setiawan Chogah
Insight
28 Mei 2025
dividen indosat

Dividen Indosat Tembus Rp2,7 Triliun, Transformasi AI Dimulai

Aira Safeeya
Bisnis Teknologi
28 Mei 2025
Veo 3 Google Video AI

Canggih Maksimal! Google Veo 3 Siap Ubah Cara Kita Membuat Video

Liora N. Shasmitha
Teknologi
27 Mei 2025
Muat Lagi
Techtimes Indonesia
Facebook X-twitter Instagram Threads Whatsapp

Techtimes Indonesia hadir sebagai media alternatif yang fokus mengabarkan inovasi dan perkembangan terkini di bidang teknologi, bisnis, keuangan, serta tantangan yang kita hadapi setiap hari. Kami menganalisis bagaimana bisnis dan teknologi saling bersinggungan, mempengaruhi, dan memberikan dampak pada berbagai lini kehidupan untuk mewujudkan transformasi budaya di dunia yang semakin saling terhubung ini.

Ad image
  • Tentang Kami
  • Iklan & Partnership
  • Syarat dan Ketentuan
  • Kebijakan Privasi
  • Disclaimer
  • Jadi PenulisNew
  • Kontak
  • Teknologi
  • Bisnis
  • Keuangan
  • Sains
  • Gaya Hidup
  • Kultur
  • Insight
  • About Us
  • Advertising & Partnership
  • Terms & Conditions
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Guest Post
  • Contact

© 2025 Techtimes Indonesia. All rights reserved.