Techtimes Indonesia – Dalam dunia termodinamika, Hukum Kedua, yang seringkali dianggap sebagai hukum yang paling “pesimis”, menyatakan bahwa entropi, atau ukuran ketidakteraturan, dari suatu sistem tertutup akan selalu meningkat seiring berjalannya waktu.
Artinya, segala sesuatu di alam semesta cenderung bergerak menuju keadaan yang lebih acak dan tidak teratur.
Sebuah “kematian termal” di mana semua energi terdistribusi secara merata dan tidak ada lagi pekerjaan yang dapat dilakukan.
Bayangkan setetes tinta yang dimasukkan ke dalam gelas air. Awalnya, tinta terkumpul di satu titik, teratur dan pekat.
Namun, seiring waktu, tinta akan menyebar dan bercampur dengan air, menciptakan keadaan yang lebih acak dan seragam. Ini adalah manifestasi entropi: dari keteraturan menuju kekacauan.

Konsep ini, meskipun berakar dalam fisika, memiliki resonansi yang kuat dalam hubungan romantis.
Sama seperti alam semesta yang tunduk pada hukum entropi, hubungan cinta juga rentan terhadap proses penurunan keteraturan ini.
Seiring berjalannya waktu, tanpa upaya yang disengaja, hubungan cenderung mengalami “entropi romantisme.”
Gairah awal yang membara perlahan meredup, keintiman yang mendalam digantikan oleh rutinitas yang hambar, dan komunikasi yang penuh gairah berubah menjadi percakapan yang dangkal dan mekanis.
Mengapa Entropi Merayap dalam Romantisme?
Romantisme, seperti halnya energi dalam sistem termodinamika, bukanlah entitas statis. Ia membutuhkan input yang konstan untuk mempertahankan keadaan teraturnya.
Ketika input tersebut berkurang atau hilang, entropi mulai mengambil alih, perlahan-lahan mengikis fondasi cinta.
Input tersebut bisa berupa:
- Komunikasi yang Tulus dan Vulnerabel: Komunikasi bukan sekadar pertukaran informasi. Ia adalah jembatan yang menghubungkan dua jiwa, tempat di mana perasaan, pikiran, dan impian dibagikan dengan jujur dan terbuka. Ketika komunikasi menjadi dangkal, terbatas pada hal-hal permukaan, atau bahkan hilang sama sekali, keintiman emosional memudar, dan jarak di antara pasangan semakin lebar.
- Kejutan dan Petualangan: Romantisme berkembang dalam suasana baru dan menarik, di mana kejutan dan petualangan menjadi bumbu penyedap. Ketika hubungan terjebak dalam rutinitas yang monoton, di mana setiap hari terasa sama, gairah memudar, dan perasaan bosan mulai merayap.
- Sentuhan dan Keintiman Fisik: Sentuhan adalah bahasa cinta yang universal, cara nonverbal untuk mengekspresikan kasih sayang, dukungan, dan koneksi. Ketika keintiman fisik berkurang, bukan hanya seks yang hilang, tetapi juga rasa kedekatan dan koneksi emosional.
- Apresiasi dan Penghargaan: Merasa dihargai dan dicintai adalah kebutuhan dasar manusia. Ketika apresiasi hilang, ketika pasangan merasa diabaikan atau dianggap remeh, perasaan tidak aman dan tidak dicintai dapat muncul, mengikis rasa percaya diri dan kebahagiaan dalam hubungan.
- Pertumbuhan Bersama: Hubungan yang sehat adalah hubungan yang memungkinkan kedua belah pihak untuk tumbuh dan berkembang bersama, baik sebagai individu maupun sebagai pasangan. Ketika pasangan berhenti belajar, berkembang, dan beradaptasi dengan perubahan, hubungan menjadi stagnan, dan perasaan terperangkap dapat muncul.