Techtimes Indonesia β Bagi penggemar serial fenomenal Game of Thrones, sosok serigala raksasa yang setia menemani keluarga Stark tentu tak asing lagi.
Hewan tersebut dikenal sebagai dire wolf, atau dalam bahasa ilmiah Aenocyon dirus.
Namun siapa sangka, makhluk buas itu benar-benar pernah hidup di dunia nyata ribuan tahun silam, dan kini kembali jadi bahan perbincangan karena proyek bioteknologi terbaru di Amerika Serikat.
Dire Wolf: Serigala Ganas dari Zaman Es
Dire wolf adalah predator puncak yang menjelajahi Amerika Utara selama Zaman Pleistosen, sekitar 250.000 hingga 10.000 tahun yang lalu.
Berbeda dengan serigala abu-abu modern (Canis lupus), dire wolf memiliki tubuh lebih besar, rahang lebih kuat, dan struktur kepala yang lebih lebar. Mereka dipercaya berburu dalam kawanan dan memangsa hewan besar seperti bison dan kuda purba.
Sebagai bagian dari keluarga sains, penemuan fosil dire wolf telah menjadi bahan penelitian penting dalam bidang paleontologi dan genetika evolusioner.
Spesies ini secara resmi diklasifikasikan punah sekitar 10.000 tahun lalu, hingga akhirnya nama mereka diangkat kembali lewat budaya pop.
Dari Layar Fiksi ke Dunia Nyata
Dire wolf mencapai ketenaran modern berkat serial Game of Thrones, di mana hewan ini digambarkan sebagai pelindung setia keluarga Stark.
Dengan tubuh besar dan naluri buas, karakter dire wolf dalam serial ini memadukan mitologi dengan sedikit inspirasi dari sains.
Namun pada April 2025, dunia terkejut saat tim ilmuwan Amerika Serikat mengumumkan bahwa mereka berhasil membangkitkan kembali dire wolf melalui teknologi rekayasa genetik.
Proyek ini dipimpin oleh perusahaan Colossal Biosciences, yang juga dikenal dalam proyek ambisius lain seperti menghidupkan mammoth berbulu.
Dengan memanfaatkan teknologi CRISPR, mereka menyalin varian gen khas dire wolf ke dalam DNA serigala abu-abu, menghasilkan tiga anak dire wolf modern yang kini tinggal di fasilitas konservasi tertutup.
Ini menjadi tonggak penting dalam dunia teknologi dan bioteknologi global.
Antara Etika dan Evolusi: Apa yang Akan Terjadi Selanjutnya?
Meskipun secara genetis mereka tidak identik 100% dengan dire wolf asli, ketiga hewan hasil rekayasa ini memiliki sifat fisik yang sangat mirip, termasuk mantel tebal, warna bulu khas, dan rahang kuat.
Hal ini memunculkan pertanyaan filosofis dan etis: Apakah menciptakan versi baru dari spesies punah berarti kita menghidupkannya kembali?
Love DalΓ©n, ahli genomika evolusioner dari Universitas Stockholm yang menjadi penasihat dalam proyek ini, menyatakan bahwa hewan tersebut membawa cukup banyak gen dire wolf untuk dianggap sebagai representasi modern dari makhluk yang telah lama hilang.
Di sisi lain, sebagian ilmuwan khawatir bahwa langkah ini bisa membuka pintu pada praktik tidak etis dalam dunia sains, seperti kloning makhluk untuk tujuan hiburan atau komersial.
Apakah Kita Akan Lihat Dire Wolf di Alam Bebas?
Hingga saat ini, dire wolf hasil rekayasa masih hidup dalam lingkungan tertutup. Tim peneliti memastikan bahwa keamanan menjadi prioritas utama, baik bagi hewan maupun manusia.
Mereka berada di habitat seluas 2.000 hektar dengan pengawasan ketat, lengkap dengan CCTV dan drone.
Jika proyek ini berhasil dalam jangka panjang, maka kemungkinan besar akan membuka jalan bagi inovasi teknologi serupaβbaik untuk konservasi maupun pemulihan spesies punah lainnya.
Bukan tidak mungkin, suatu saat nanti kita bisa melihat kembali mammoth, harimau tasmania, bahkan burung dodo berjalan di bumi.