India menghadapi tantangan besar dalam pasar kerja. Berdasarkan India Skills Report 2024, hanya 51,25% lulusan universitas di negara itu yang dianggap siap kerja. Meski angka ini meningkat dari 34% pada 2014, sebagian besar lulusan tetap belum memiliki keterampilan praktis yang dibutuhkan industri.
Survei ini melibatkan ratusan ribu mahasiswa tingkat akhir dan pascasarjana, menilai mereka berdasarkan kemampuan kerja melalui tes dan data dari lebih dari 150 organisasi industri.
Kesenjangan Keterampilan dan Kebutuhan Industri
Lekha Chakraborty, profesor di National Institute of Public Finance and Policy, menegaskan bahwa gelar akademik saja tidak cukup. Banyak universitas gagal membekali mahasiswa dengan keterampilan yang relevan.
Ia juga menyoroti masalah besar di sektor kesehatan pedesaan. Meski jumlah tenaga medis terlatih cukup tinggi, hanya 4.413 dokter spesialis yang tersedia untuk melayani pusat kesehatan masyarakat, jauh dari kebutuhan 22.000 dokter.
Lulusan Terjebak Pekerjaan Paruh Waktu
Maheshwer Peri, pendiri platform Careers360, mencatat bahwa jutaan lulusan terpaksa bekerja paruh waktu. Banyak dari mereka, khususnya di sektor kesehatan dan teknik, tidak dapat memaksimalkan potensinya karena minimnya kesempatan kerja penuh waktu.
“Setiap tahun, 2,5 juta mahasiswa bersaing untuk 100.000 kursi kedokteran, menunjukkan persaingan ketat dan kurangnya akses pelatihan,” ujar Peri. Ia menekankan pentingnya melacak hasil pelatihan secara langsung untuk menjembatani kesenjangan keterampilan.
Tantangan Pendidikan Dasar
Menurut laporan ASER (Annual Status of Education Report), banyak remaja di India mengalami kesulitan membaca dan berhitung. Sekitar 42% remaja berusia 14-18 tahun tidak mampu membaca kalimat sederhana dalam bahasa Inggris, sementara lebih dari separuhnya kesulitan menyelesaikan soal pembagian.
Meskipun lebih dari 96% remaja berusia 14 tahun bersekolah, hanya 67,4% yang tetap melanjutkan hingga usia 18 tahun, menunjukkan tingginya angka putus sekolah.
Butuh Reformasi Mendalam
Arun Kumar, mantan profesor ekonomi di Universitas Jawaharlal Nehru, menyebutkan bahwa minimnya investasi di sektor pendidikan dan kesehatan memperburuk situasi. “India membutuhkan sistem pendidikan yang menghasilkan lulusan berkualitas tinggi untuk memenuhi permintaan pasar tenaga kerja,” tegasnya.
Krisis ini menyoroti pentingnya reformasi mendalam dalam sistem pendidikan dan pelatihan keterampilan agar lulusan siap bersaing di pasar global.