Dalam semarak perayaan Hari Ulang Tahun ke-24 Provinsi Banten, sebuah kisah memukau terukir di atas panggung Plaza Aspirasi, KP3B, Curug, Kota Serang, Rabu (9/10) malam. Teater Studio Indonesia (TSI) dengan maestronya menghidupkan kembali pementasan “Awak-Awak Gerabah”, sebuah karya seni pertunjukan yang tak hanya menghibur, namun juga menjadi refleksi mendalam tentang kekayaan budaya Banten.
Memikat Hati Penonton
Plaza Aspirasi berubah menjadi sebuah kanvas hidup. Ratusan pasang mata tertuju pada panggung, menyaksikan para aktor menghidupkan karakter-karakter yang begitu dekat dengan kehidupan masyarakat Banten.
Dengan lihai, mereka menggambarkan keseharian para pekerja di Sentra Gerabah Bumi Jaya, Kecamatan Ciruas, Kabupaten Serang. Setiap gerakan dan ekspresi wajah, seakan membawa penonton turut merasakan suka duka, perjuangan, dan semangat para pengrajin gerabah.
Alur cerita yang mengalir begitu natural, mengisahkan tentang kehidupan para pengrajin gerabah yang penuh dengan tantangan. Mulai dari proses pengolahan tanah liat, pembentukan gerabah, hingga menghadapi dinamika pasar yang terus berubah. Melalui tarian, bahasa tubuh, dan iringan instrumen musik, para aktor berhasil menyuguhkan sebuah pertunjukan yang sarat makna.
Karakter-karakter dalam pementasan ini pun begitu memikat. Ada seorang pengrajin tua yang bijaksana, menyimpan segudang pengetahuan tentang tradisi pembuatan gerabah. Ada pula seorang pemuda yang penuh semangat, ingin meneruskan warisan leluhurnya namun dihadapkan pada realitas yang pahit. Konflik batin dan eksternal yang mereka hadapi, menjadi cerminan dari tantangan yang dihadapi oleh para pengrajin gerabah dalam kehidupan nyata.
“Awak-Awak Gerabah” Jadi Jembatan Budaya Banten
Pementasan “Awak-Awak Gerabah” tidak hanya sekadar menampilkan cerita, namun juga menjadi sebuah perayaan terhadap keindahan seni dan budaya Banten. Setiap gerakan tangan yang membentuk tanah liat, setiap ketukan palu yang membentuk gerabah, dan setiap nada gamelan yang mengalun, adalah sebuah penghormatan terhadap warisan leluhur.
Penonton yang hadir pun larut dalam suasana magis pementasan. Sorak-sorai dan tepuk tangan meriah mengiringi setiap adegan. Para budayawan, seniman, mahasiswa, dan masyarakat umum, turut memberikan apresiasi yang tinggi atas karya seni yang begitu luar biasa ini.
Berkelana Mengukir Sejarah Baru
Di balik keajaiban pementasan ‘Awak-Awak Gerabah’, terdapat semangat yang tak terbendung untuk memajukan seni dan budaya Banten. Nedy Suryadi, sebagai nahkoda di balik layar, mengungkapkan bahwa pertunjukan ini bukan hanya sekadar hiburan, melainkan sebuah upaya untuk menghidupkan ruang-ruang publik dan mempererat tali silaturahmi antar komunitas seni.
“Ini adalah wujud nyata kontribusi kami dalam membangun Banten yang berbudaya dan berkeadaban,” tegasnya.
Sutradara handal, Taufik Pria Pamungkas, bersama dramaturg Giri Mustika Roekmana, serta para aktor berbakat seperti Adam, Firman Black, Sabil Kautsar, dan Nedy Suryadi sendiri, telah berhasil merangkai kisah yang begitu memukau. Perjalanan ‘Awak-Awak Gerabah’ pun belum berakhir.
Setelah sukses memukau penonton di Plaza Aspirasi, pertunjukan ini siap menyapa masyarakat di berbagai daerah, mulai dari Lebak, Pandeglang, Cilegon, hingga Bandung. Sebuah perjalanan panjang yang membawa pesan luhur tentang pentingnya melestarikan warisan budaya.