Jakarta, Techtimes Indonesia – Kebijakan tarif timbal balik atau reciprocal tariffs yang diumumkan Presiden AS Donald Trump mungkin terdengar jauh dari kehidupan sehari-hari.
Namun kenyataannya, dampak kebijakan ini bisa sampai ke dompet masyarakat biasa. Apalagi jika negara tempat tinggal kita termasuk dalam daftar mitra dagang yang dikenakan tarif tinggi.
Kenaikan Harga Bisa Terasa Langsung
Tarif impor yang naik bisa menyebabkan harga barang kebutuhan meningkat. Mulai dari barang elektronik, alat rumah tangga, sampai bahan makanan tertentu yang mengandalkan impor, semua berpotensi ikut naik harga.
Bagi masyarakat, kondisi ini tentu bikin khawatir, terutama di tengah situasi ekonomi global yang belum sepenuhnya stabil.
Jangan Panik, Tetap Adaptif
Setiawan Chogah, Personal Growth & Financial Storyteller sekaligus Editor in Chief Techtimes Indonesia, menyarankan agar masyarakat tidak langsung panik.
“Kebijakan seperti ini memang bikin situasi global terasa lebih tidak pasti, tapi justru itu saatnya kita adaptif,” ujar Setiawan.
Ia menekankan pentingnya pemahaman ekonomi global, meskipun pada level paling dasar. “Ketika kita tahu apa yang terjadi dan kenapa itu bisa berdampak ke kita, maka langkah antisipatif akan jauh lebih mudah diambil,” tambahnya.
Ubah Pola Konsumsi, Dukung Produk Lokal
Langkah praktis yang bisa dilakukan adalah mulai mengurangi ketergantungan pada barang-barang impor.
Masyarakat bisa lebih selektif dalam berbelanja dan mengutamakan produk lokal yang kualitasnya tidak kalah bagus. Dengan begitu, kita bukan hanya menekan pengeluaran, tapi juga ikut memperkuat industri dalam negeri.
Cari Sumber Pendapatan Tambahan
Setiawan juga menekankan pentingnya diversifikasi penghasilan.
“Situasi seperti ini bikin banyak sektor bisnis tertekan. Kalau bisa, jangan hanya bergantung pada satu sumber pendapatan,” jelasnya.
Pekerjaan freelance, usaha sampingan, atau monetisasi hobi bisa menjadi alternatif yang layak dicoba.
Perhatikan Nilai Tukar dan Portofolio Keuangan
Kebijakan perdagangan seperti ini seringkali memicu gejolak nilai tukar. Rupiah yang melemah terhadap dolar bisa membuat harga barang naik lebih tinggi lagi.
Bagi yang memiliki tabungan, simpanan dolar, atau investasi lain, perlu mengevaluasi kembali strategi keuangannya.
“Jangan reaktif. Pastikan keputusan finansial diambil dengan informasi yang lengkap, bukan karena panik,” ujar Setiawan.
Edukasi Ekonomi Dasar Itu Penting
Meskipun bukan ekonom, masyarakat sebaiknya mulai membekali diri dengan literasi ekonomi dasar.
“Kalau kita bisa paham kenapa harga barang naik atau kenapa nilai tukar berubah, kita nggak mudah termakan isu atau panik berlebihan,” kata Setiawan.
Menurutnya, pemahaman ekonomi dasar harus menjadi bagian dari gaya hidup modern.
Pemerintah Juga Harus Tanggap
Dari sisi kebijakan, Setiawan mendorong agar pemerintah tidak hanya merespons secara diplomatik, tapi juga aktif melindungi konsumen dan sektor industri terdampak.
“Jangan sampai kebijakan negara lain mengganggu stabilitas harga dalam negeri. Perlu ada langkah-langkah strategis yang cepat dan tepat sasaran,” ujarnya.
Bijak, Adaptif, dan Terus Belajar
Tarif impor yang diberlakukan oleh negara besar seperti AS bisa berdampak luas, namun bukan berarti masyarakat biasa tidak bisa melakukan apa-apa.
Dengan langkah bijak dan adaptif, masyarakat bisa tetap bertahan dan bahkan menemukan peluang di tengah tantangan.
“Yang penting bukan hanya apa yang terjadi di luar sana, tapi bagaimana kita meresponsnya di kehidupan sehari-hari,” tutup Setiawan.