Jakarta, Techtimes Indonesia – Siapa sangka, tingkat kemiskinan Indonesia bisa terlihat sangat berbeda, tergantung siapa yang menghitung. Ini bukan karena salah perhitungan, tapi karena standar garis kemiskinannya beda.
Hal ini disorot oleh Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin.
Standar Beda, Angka Jauh Berbeda
Menurut Wijayanto, Indonesia masih pakai standar internasional lama yaitu US$2,15 per kapita per hari berdasarkan data PPP 2017.
Sementara Bank Dunia justru pakai angka yang jauh lebih tinggi, yaitu US$6,85 per kapita per hari—yang memang diperuntukkan bagi negara berpendapatan menengah ke atas.
“Indonesia tetap pakai angka US$2,15, padahal Bank Dunia udah minta pakai US$6,85. Ini kayak kebiasaan nurunin standar biar keliatan sukses. Tapi efeknya kita jadi nyaman dan nggak gerak cepat,” jelas Wijayanto, Kamis (30/4/2025).
Sebagai catatan, Indonesia sudah dikategorikan sebagai negara berpendapatan menengah ke atas sejak 2023 oleh Bank Dunia.
Peneliti FITRA: Data Kita Belum Naik Kelas
Pernyataan serupa datang dari Badiul Hadi, peneliti dari Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA). Ia bilang, BPS masih menetapkan garis kemiskinan di kisaran US$1,9–US$3,2 per kapita per hari.
“Padahal status kita udah naik ke negara berpendapatan menengah ke atas sejak tahun lalu,” ujar Badiul.
Versi Bank Dunia: 60% Penduduk RI Tergolong Miskin
Laporan Macro Poverty Outlook April 2025 dari Bank Dunia menyebutkan bahwa 60,3% penduduk Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan—jika dihitung pakai batas US$6,85 tadi.
Dengan jumlah penduduk Indonesia diperkirakan 285,1 juta jiwa pada 2024, maka sekitar 171,9 juta orang tergolong miskin menurut hitungan itu.

Untuk diketahui, jika dikonversi ke rupiah (PPP 2017 sebesar Rp4.756), batas US$6,85 setara Rp32.578 per hari, atau Rp977.358 per bulan per orang.
Namun, jika pakai standar untuk negara berpendapatan menengah ke bawah, Bank Dunia memperkirakan tingkat kemiskinan Indonesia “hanya” 15,6%, atau 44,4 juta orang.
Versi BPS: Tingkat Kemiskinan Turun, Cuma 8,57%
Lain cerita kalau pakai data resmi dari Badan Pusat Statistik (BPS). Per September 2024, BPS mencatat tingkat kemiskinan di Indonesia hanya 8,57%, turun dari 9,03% pada Maret 2024 dan 9,36% pada Maret 2023.
Angka ini berarti jumlah penduduk miskin mencapai 24,06 juta orang, turun sekitar 1,16 juta dibanding Maret 2024.
Garis kemiskinan yang dipakai BPS saat itu sebesar Rp595.242 per kapita per bulan, dengan porsi makanan sebesar Rp443.433 dan nonmakanan sebesar Rp151.809.
Dalam laporan Profil Kemiskinan di Indonesia September 2024, disebutkan bahwa rata-rata rumah tangga miskin terdiri dari 4,71 orang. Jadi, garis kemiskinan rumah tangga jadi sekitar Rp2.803.590 per bulan.